RINGKASAN
- Dominasi Saham Komoditas: Saham EMAS (PT Merdeka Gold Resources) dan BUMI (PT Bumi Resources) memimpin frekuensi transaksi tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan 22-26 September 2025, menandakan kuatnya minat investor pada sektor komoditas dan pertambangan.
- Kinerja Pasar Menguat: IHSG ditutup naik 0,60% di level 8.099,333 dan sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di 8.126,558. Kinerja positif ini juga didukung oleh lonjakan frekuensi transaksi harian sebesar 15,56% dan kenaikan kapitalisasi pasar menjadi Rp14.888 triliun.
- Peran Investor Asing: Investor asing mencatatkan beli bersih (net buy) sebesar Rp583,10 miliar dalam sepekan, memberikan sentimen positif jangka pendek meskipun secara tahunan (YTD 2025) masih dalam posisi jual bersih (net sell).
- Analisis Saham Teraktif: Selain EMAS dan BUMI, emiten komoditas lain seperti ANTM, CDIA, BRPT, dan MDKA juga masuk dalam daftar saham paling aktif diperdagangkan, menunjukkan sentimen sektoral yang kuat di tengah fluktuasi harga komoditas global.
- Peluang dan Risiko: Fenomena ini membuka peluang investasi di sektor sumber daya alam, namun investor diimbau untuk tetap waspada terhadap volatilitas harga komoditas global dan melakukan analisis fundamental sebelum mengambil keputusan investasi.
Saham Komoditas Kuasai BEI: EMAS dan BUMI Paling Aktif. Pasar modal Indonesia menunjukkan gairah yang luar biasa pada penutupan perdagangan pekan ketiga September 2025. Di tengah dinamika ekonomi global, investor di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara tegas menaruh perhatiannya pada saham-saham berbasis komoditas.
Dua emiten raksasa di sektor ini, PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS) dan PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), menjadi pusat perhatian dengan mendominasi frekuensi transaksi perdagangan, menegaskan kembali era keemasan saham komoditas.
Artikel ini akan mengupas tuntas fenomena ini, mulai dari analisis data perdagangan sepekan, alasan di balik dominasi sektor komoditas, hingga implikasinya bagi para investor, pengusaha, dan pengamat pasar.
Table Of Contents
EMAS dan BUMI Utama Perdagangan
Berdasarkan data resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode perdagangan 22-26 September 2025, saham komoditas, khususnya di sektor pertambangan dan logam mulia, menjadi yang paling likuid dan aktif diperdagangkan.
Emiten afiliasi Garibaldi Thohir, PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS), memimpin sebagai saham dengan frekuensi transaksi tertinggi. Tercatat, saham EMAS ditransaksikan sebanyak 157.299 kali, atau menyumbang sekitar 6,00% dari total frekuensi transaksi di bursa selama sepekan. Angka ini menunjukkan minat investor yang masif terhadap saham yang berkaitan dengan harga emas global.
Menyusul di posisi kedua adalah PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), salah satu pemain utama di industri batu bara. Saham BUMI mencatatkan frekuensi transaksi sebanyak 114.870 kali (4,38%). Dominasi duo EMAS dan BUMI ini menjadi sinyal kuat bahwa sentimen pasar sangat condong ke sektor sumber daya alam.
Daftar saham teraktif lainnya juga diisi oleh emiten-emiten berbasis komoditas, antara lain:
- PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA): 100.922 kali (3,85%)
- PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM): 93.659 kali (3,57%)
- PT Barito Pacific Tbk. (BRPT): 64.333 kali (2,45%)
- PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA): 44.988 kali (1,72%)
- PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS): 41.594 kali (1,59%)
Fenomena ini menggarisbawahi bagaimana fluktuasi harga komoditas global, seperti emas, nikel, dan batu bara, memiliki dampak langsung terhadap aktivitas perdagangan di bursa domestik.
Kinerja Impresif Pasar Modal Sepekan
Tidak hanya saham komoditas yang bersinar, kinerja pasar secara keseluruhan juga menunjukkan tren positif yang signifikan. Selama periode 22-26 September 2025, beberapa indikator utama BEI mengalami pertumbuhan.
Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, dalam keterangan resminya memaparkan data berikut:
- Rata-Rata Frekuensi Transaksi Harian: Melonjak sebesar 15,56% menjadi 2,45 juta kali transaksi, dari 2,12 juta kali pada pekan sebelumnya. Ini menandakan aktivitas investor yang semakin tinggi.
- Rata-Rata Volume Transaksi Harian: Meningkat 12,08% menjadi 47,077 miliar lembar saham. Peningkatan volume menunjukkan partisipasi pasar yang lebih besar.
- Kapitalisasi Pasar (Market Cap): Tumbuh 1,74% mencapai Rp14.888 triliun, naik dari Rp14.632 triliun. Angka ini mencerminkan peningkatan nilai total dari seluruh perusahaan yang tercatat di bursa.
- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG): Menguat sebesar 0,60% dan ditutup di level 8.099,333. Bahkan, IHSG sempat memecahkan rekor tertinggi sepanjang sejarahnya pada hari Rabu (24/9/2025) di level 8.126,558.
Satu-satunya sedikit koreksi terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian yang turun tipis 1,25% menjadi Rp28,19 triliun. Hal ini dapat diartikan bahwa meskipun frekuensi dan volume transaksi meningkat, nilai per transaksi cenderung lebih kecil, menandakan tingginya partisipasi investor ritel.
Sentimen Investor Asing?
Salah satu data yang menarik untuk dicermati adalah pergerakan investor asing. Selama sepekan, investor asing mencatatkan nilai beli bersih (net buy) sebesar Rp583,10 miliar.
Angka ini menjadi angin segar, mengingat secara akumulatif sepanjang tahun 2025, investor asing masih mencatatkan nilai jual bersih (net sell) sebesar Rp53,60 triliun. Aksi beli bersih selama sepekan ini bisa menjadi indikasi awal adanya perbaikan sentimen asing terhadap pasar modal Indonesia, meskipun masih terlalu dini untuk menyimpulkan adanya pembalikan tren secara masif.
Mengapa Saham Komoditas Begitu Diminati?
Bagi para pebisnis, mahasiswa, hingga CEO, memahami alasan di balik tren ini adalah kunci. Beberapa faktor yang mendorong dominasi saham komoditas antara lain:
- Harga Komoditas Global: Ketidakpastian ekonomi global dan tensi geopolitik seringkali mendorong investor mencari aset aman (safe haven) seperti emas. Kenaikan harga emas dunia secara langsung menguntungkan emiten seperti EMAS, ANTM, dan MDKA.
- Transisi Energi: Meskipun ada dorongan global menuju energi terbarukan, permintaan untuk sumber daya energi fosil seperti batu bara (BUMI) dan komoditas pendukung industri seperti nikel (ANTM) masih sangat tinggi, terutama dari negara-negara industri.
- Kinerja Emiten: Laporan keuangan yang solid dan prospek pertumbuhan dari emiten-emiten di sektor ini turut menarik minat investor untuk mengakumulasi saham mereka.
Penutup
Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia selama pekan ketiga September 2025 secara meyakinkan dikuasai oleh emiten sektor komoditas. PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS) dan PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) menjadi simbol keperkasaan sektor ini dengan memuncaki daftar frekuensi transaksi.
Kinerja positif ini didukung oleh pertumbuhan signifikan pada frekuensi, volume, dan kapitalisasi pasar, bahkan diwarnai oleh pemecahan rekor baru IHSG.
Meskipun investor asing menunjukkan minat beli dalam jangka pendek, tren jual bersih tahunan masih menjadi catatan penting. Bagi para pelaku pasar, tren ini menegaskan bahwa saham komoditas tetap menjadi pilihan strategis di tengah volatilitas global.
Penting untuk tetap melakukan analisis fundamental yang mendalam dan tidak hanya mengikuti euforia sesaat, karena pasar komoditas sangat bergantung pada dinamika harga global yang bisa berubah dengan cepat.
Disclaimer: Artikel ini bertujuan untuk tujuan edukasi dan informasi, bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.