Laba Himbara H1/2025: BMRI Unggul Tipis dari BBRI, Siapa Jawara?

Laba Himbara H1/2025: BMRI Unggul Tipis dari BBRI, Siapa Jawara?
Laba Himbara H1/2025: BMRI Unggul Tipis dari BBRI, Siapa Jawara?

Laba Himbara H1/2025: BMRI Unggul Tipis dari BBRI, Siapa Jawara? Persaingan sengit di puncak industri perbankan Indonesia kembali memanas pada paruh pertama tahun 2025.

Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) telah merilis laporan keuangan semester I/2025 mereka, menunjukkan dinamika yang menarik. Di tengah tren koreksi laba yang dialami sebagian besar bank BUMN, pertarungan antara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) menjadi sorotan utama.

Keduanya saling pepet dengan selisih laba yang sangat tipis. Namun, jika kita bedah lebih dalam, cerita di balik angka menunjukkan kekuatan dan strategi yang berbeda. Siapakah yang sebenarnya layak menyandang predikat jawara di paruh pertama tahun ini? Mari kita analisis secara lengkap.

Di Posisi Kedua BMRI vs BBRI

Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian per 30 Juni 2025, Bank Mandiri (BMRI) berhasil merebut posisi teratas dengan mencatatkan laba bersih periode berjalan sebesar Rp26,85 triliun. Angka ini menempatkan BMRI sebagai bank dengan profitabilitas tertinggi di antara anggota Himbara lainnya.

Capaian ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan bunga dan syariah bersih yang naik 4,50% secara tahunan (YoY) menjadi Rp52,38 triliun. Tak hanya itu, kontribusi signifikan juga datang dari anak-anak usahanya yang secara total menyumbang laba sekitar Rp5,56 triliun.

Meski begitu, capaian laba BMRI ini sejatinya mengalami koreksi sebesar 8,26% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (semester I/2024) yang mencapai Rp29,27 triliun.

Di posisi kedua, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) menempel ketat dengan perolehan laba bersih konsolidasian sebesar Rp26,53 triliun. Selisihnya hanya sekitar Rp320 miliar dari BMRI, sebuah angka yang sangat tipis dalam skala bisnis perbankan raksasa. Laba BBRI ditopang oleh pendapatan bunga bersih (NII) yang solid, tumbuh 2,8% YoY menjadi Rp73,27 triliun.

Namun, sama seperti BMRI, laba BBRI juga tercatat turun 11,24% YoY dari Rp29,89 triliun pada semester I/2024. Kendati demikian, ada catatan penting yang diungkapkan oleh manajemen BBRI. Direktur Utama BRI, Hery Gunardi, menjelaskan bahwa laba di semester I/2024 terkesan lebih tinggi karena adanya reverse (pembalikan) Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebesar Rp4 triliun.

Jika faktor non-rutin ini dihilangkan, laba bersih semester I/2024 sejatinya berada di kisaran Rp25 triliun. Dengan demikian, laba Rp26,53 triliun di tahun 2025 ini secara fundamental menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat.

Jadi, siapa jawarannya?

  • Secara Angka Absolut: BMRI adalah pemenangnya.
  • Secara Kualitas Pertumbuhan: BBRI menunjukkan fundamental yang lebih tangguh jika memperhitungkan faktor non-rutin tahun lalu.

BACA JUGA: Himbara Tebar Pinjaman Rp1 Triliun ke 1.000 Kopdes Hari Ini

Bagaimana Nasib BBNI dan BTN?

Di posisi selanjutnya, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) mencatatkan laba bersih sebesar Rp10,16 triliun pada paruh pertama 2025. Angka ini juga mengalami penyusutan 5,55% YoY. BBNI terus fokus pada segmen korporasi dan perbaikan kualitas kredit untuk menjaga profitabilitas jangka panjang.

Satu-satunya anggota Himbara yang melawan arus adalah PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN). BTN menjadi bintang dengan mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 13,61% YoY menjadi Rp1,70 triliun. Kinerja impresif ini didorong oleh lonjakan signifikan pendapatan bunga bersih (NII) hingga 55,13% YoY menjadi Rp9,34 triliun, menegaskan posisinya sebagai pemimpin di sektor pembiayaan perumahan.

Tantangan Makro ekonomi dan Pandangan Regulator

Koreksi laba yang dialami oleh tiga dari empat bank Himbara bukanlah tanpa sebab. Kondisi makroekonomi global dan domestik, termasuk tingkat suku bunga acuan yang masih bertahan di level tinggi, menjadi tantangan utama yang menggerus margin keuntungan perbankan.

Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Purbaya Yudhi Sadewa, dalam beberapa kesempatan menekankan bahwa fundamental industri perbankan nasional masih sangat solid.

Rasio kecukupan modal (CAR) yang tinggi dan kredit bermasalah (NPL) yang terjaga menjadi bantalan kuat untuk menghadapi tantangan ke depan. OJK terus mendorong perbankan untuk menjaga prinsip kehati-hatian sambil terus menyalurkan kredit ke sektor-sektor produktif.

BACA JUGA: Pemerintah Guyur Rp200 T, Bank Himbara Dikenai Bunga 4%

Kebijakan Pajak dan Potensi Tax Amnesty Jilid II

Kinerja perbankan yang sehat sangat krusial bagi penerimaan negara, terutama dari sektor Pajak. Kontribusi pajak dari laba korporasi perbankan merupakan salah satu tulang punggung APBN.

Ke depan, wacana mengenai program pengampunan pajak atau tax amnesty jilid II kembali mengemuka sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan basis pajak dan mendorong repatriasi dana. Jika kebijakan ini direalisasikan, bank-bank Himbara akan menjadi gerbang utama penampung dana repatriasi.

Potensi masuknya likuiditas dalam jumlah besar dapat menjadi bahan bakar baru bagi ekspansi kredit, menekan biaya dana (cost of fund), dan pada akhirnya mendongkrak kembali laba di periode mendatang.

Keberhasilan program ini juga akan sangat bergantung pada kredibilitas amnesty yang ditawarkan pemerintah untuk menarik minat para wajib pajak.

BACA JUGA: Tax Amnesty Jilid III: Siapa Dalang di Balik Prolegnas?

Penutup

Persaingan laba Himbara pada semester I/2025 menunjukkan bahwa BMRI unggul secara nominal, menjadikannya jawara di atas kertas. Namun, BBRI menunjukkan kekuatan fundamental yang lebih baik jika menilik lebih dalam pada kualitas pertumbuhannya.

Sementara itu, BBNI berada dalam fase konsolidasi, dan BTN tampil sebagai juara pertumbuhan di tengah tantangan ekonomi.

Pertarungan di semester kedua akan semakin menarik, di mana efisiensi, inovasi digital, dan kemampuan beradaptasi terhadap kebijakan regulator serta kondisi pasar akan menjadi penentu akhir siapa yang akan menjadi raja laba perbankan BUMN di tahun 2025. Para pebisnis dan investor perlu mencermati tidak hanya angka di baris terbawah, tetapi juga cerita dan strategi di baliknya.

Related Post

Tinggalkan komentar