Era Baru Transaksi RI-Tiongkok: LCT & QRIS Kuncinya. Hubungan diplomatik Indonesia dan Tiongkok yang telah terjalin selama 75 tahun kini memasuki babak baru yang lebih konkret di sektor keuangan.
Komitmen kedua negara untuk memperkuat ekonomi digital diwujudkan melalui dua inisiatif strategis optimalisasi transaksi mata uang lokal (Local Currency Transaction/LCT) dan uji coba konektivitas pembayaran QRIS antarnegara.
Langkah ini tidak hanya mempererat hubungan bilateral, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi pelaku usaha, turis, dan stabilitas ekonomi makro kedua negara.
Table Of Contents
Lonjakan Transaksi RI-Tiongkok Mata Uang Lokal (LCT & QRIS)
Skema Local Currency Transaction (LCT) menjadi fondasi utama dalam memperkuat kerja sama keuangan Indonesia-Tiongkok. LCT memungkinkan penyelesaian transaksi perdagangan dan investasi bilateral menggunakan mata uang lokal masing-masing negara, yaitu Rupiah (IDR) dan Yuan (CNY), secara langsung tanpa harus melalui konversi ke dolar AS.
Berdasarkan data terbaru, inisiatif ini menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Pada periode Januari hingga Juli 2025, nilai transaksi LCT antara Indonesia dan Tiongkok telah meroket hingga mencapai ekuivalen 6,23 miliar dolar AS. Angka ini menunjukkan lonjakan signifikan lebih dari 180% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencatatkan ekuivalen 2,17 miliar dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam pertemuannya dengan Gubernur People’s Bank of China (PBoC), Pan Gongsheng, di Beijing pada 11 September lalu, menyatakan optimismenya. “Langkah ini mencerminkan komitmen bersama untuk memperkuat kolaborasi bilateral dan membangun ekosistem keuangan yang lebih terhubung, aman, dan inklusif,” ujar Perry.
Manfaat utama dari implementasi LCT ini adalah:
- Efisiensi Biaya: Pelaku usaha eksportir dan importir dapat memangkas biaya konversi valuta asing, membuat harga barang lebih kompetitif dan margin keuntungan lebih baik.
- Stabilitas Nilai Tukar: Mengurangi ketergantungan pada mata uang dolar AS membantu menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap fluktuasi pasar global.
- Pendalaman Pasar Keuangan: Meningkatnya penggunaan mata uang lokal mendorong pengembangan pasar keuangan dan instrumen lindung nilai di dalam negeri.
BACA JUGA: Resmi! 5 Bank BUMN Terima Suntikan Dana Rp 200 Triliun
QRIS Antarnegara Buka Gerbang Transaksi
Selain penguatan di level perdagangan makro, Bank Indonesia (BI) dan PBoC juga mengambil langkah revolusioner di level transaksi ritel. Kedua bank sentral telah memulai uji coba terbatas (sandbox) untuk konektivitas pembayaran QRIS antarnegara.
Inisiatif ini, yang melibatkan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan raksasa pembayaran Tiongkok, UnionPay International, akan mengubah cara turis dan pebisnis bertransaksi.
Nantinya, turis Tiongkok yang berkunjung ke Indonesia dapat dengan mudah melakukan pembayaran di berbagai merchant hanya dengan memindai kode QRIS menggunakan aplikasi pembayaran dari negara asal mereka.
Begitu pula sebaliknya, turis Indonesia di Tiongkok dapat menggunakan aplikasi mobile banking lokal mereka untuk bertransaksi di sana.
Kehadiran QRIS antarnegara ini tidak hanya sekadar kemajuan teknologi, tetapi juga pendorong utama:
- Peningkatan Sektor Pariwisata: Kemudahan pembayaran akan meningkatkan belanja wisatawan dan mendorong pertumbuhan sektor pariwisata pasca-pandemi.
- Inklusi Keuangan Digital: UMKM di sentra-sentra turis akan lebih mudah menjangkau pasar internasional tanpa memerlukan perangkat pembayaran yang mahal.
- Efisiensi Transaksi Lintas Batas: Proses pembayaran menjadi lebih cepat, transparan, dan terjangkau bagi masyarakat luas.
Era Baru Ekonomi Digital LCT dan QRIS antarnegara
Keberhasilan implementasi LCT dan QRIS antarnegara ini merupakan buah dari sinergi erat antara BI, PBoC, asosiasi industri, dan para pelaku di lembaga keuangan kedua negara.
Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, menegaskan bahwa sebagai dua negara berkembang besar di Asia, Tiongkok dan Indonesia memiliki tanggung jawab bersama dalam menghadapi dinamika global, di mana fondasi kerja sama keuangan yang solid menjadi kuncinya.
Inisiatif LCT Indonesia tidak hanya berhenti dengan Tiongkok. BI juga telah mencatatkan capaian positif dengan negara mitra lain seperti Malaysia, Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab, menunjukkan visi besar Indonesia untuk memimpin transaksi mata uang lokal di kawasan.
BACA JUGA: Profil Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru Kabinet Prabowo
Penutup
Penguatan konektivitas keuangan antara Indonesia dan Tiongkok melalui LCT dan QRIS antarnegara adalah sebuah langkah strategis yang saling menguntungkan. Inisiatif ini berhasil menciptakan ekosistem transaksi yang lebih efisien, stabil, dan inklusif.
Dengan pertumbuhan nilai transaksi LCT yang eksponensial dan kemudahan yang ditawarkan oleh QRIS lintas batas, kedua negara tidak hanya merayakan 75 tahun hubungan diplomatik, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh untuk pertumbuhan ekonomi digital yang tangguh dan berdaya saing di panggung global.
Ke depan, kolaborasi ini diharapkan terus berinovasi, memperluas cakupan, dan memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat kedua negara.