RINGKASAN
- Harga Minyak Melemah Tipis: Harga minyak dunia terkoreksi ke US$69,11 per barel setelah menyentuh level tertinggi dalam 7 minggu, utamanya disebabkan oleh aksi ambil untung (profit-taking) oleh investor.
- Stok Minyak AS Jadi Pemicu Utama: Lonjakan harga dipicu oleh laporan EIA yang menunjukkan stok minyak mentah AS turun 607.000 barel, berlawanan dengan prediksi kenaikan, menandakan permintaan yang kuat.
- Ancaman Pasokan dari Geopolitik: Ketegangan meningkat setelah Ukraina menargetkan infrastruktur energi Rusia, menimbulkan kekhawatiran pasar akan adanya gangguan pasokan signifikan dari produsen minyak utama dunia.
- Sentimen Pasar Tetap Kuat: Meskipun terjadi koreksi, fundamental pasar tetap solid didukung oleh permintaan yang sehat dan risiko pasokan yang nyata, menjaga potensi kenaikan harga di masa depan.
Harga Minyak Dunia Turun Usai Rekor 7 Minggu, Apa Sebabnya? Harga minyak dunia terpantau mengalami pelemahan tipis pada perdagangan Kamis, 25 September 2025. Pelemahan ini terjadi tepat setelah harga komoditas energi ini melonjak ke level tertinggi dalam tujuh minggu terakhir. Fenomena ini menandakan adanya dinamika kompleks di pasar, di mana sentimen positif dari fundamental bertemu dengan aksi ambil untung (profit-taking) oleh para investor.
Kontrak berjangka minyak mentah Brent, yang menjadi patokan global, turun tipis ke level US$69,11 per barel setelah sebelumnya sempat menyentuh US69,31.Serupa dengan itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga terkoreksi menjadi US64,79 per barel setelah mencapai puncak di US$64,99 pada sesi sebelumnya.
Lantas, apa saja faktor yang mendorong harga minyak ke level puncaknya, dan mengapa terjadi pelemahan setelahnya? Mari kita bedah lebih dalam.
Table Of Contents
Lonjakan Harga Minyak Dunia Turun
Kenaikan signifikan yang terjadi sebelumnya bukanlah tanpa alasan. Terdapat dua pemicu utama yang berhasil mengangkat harga minyak, yaitu data stok Amerika Serikat yang mengejutkan dan meningkatnya tensi geopolitik global.
1. Stok Minyak Mentah AS Turun di Luar Dugaan
Pendorong utama optimisme pasar datang dari laporan mingguan Energy Information Administration (EIA) AS. Laporan tersebut menunjukkan bahwa stok minyak mentah komersial di Amerika Serikat secara tak terduga mengalami penurunan sebesar 607.000 barel untuk pekan yang berakhir pada 19 September 2025.
Penurunan ini sangat kontras dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang justru memprediksi kenaikan sebesar 235.000 barel. “Laporan ini cukup mendukung mengingat penurunan terjadi di semua lini, baik minyak mentah, distilat, maupun bensin,” ujar John Kilduff, seorang mitra di Again Capital.
Bagi pasar, penurunan stok adalah sinyal kuat bahwa permintaan energi di negara konsumen terbesar dunia itu tetap solid dan lebih tinggi dari perkiraan. Hal ini secara langsung menciptakan sentimen bullish atau positif terhadap harga.
2. Risiko Pasokan Akibat Eskalasi Geopolitik
Faktor kedua yang tak kalah penting adalah meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap gangguan pasokan global, terutama yang bersumber dari konflik Rusia-Ukraina.
Dalam beberapa waktu terakhir, Ukraina dilaporkan meningkatkan intensitas serangan drone terhadap infrastruktur energi vital milik Rusia, termasuk kilang minyak, terminal ekspor, dan stasiun pompa minyak.
Serangan ini bukan hanya berpotensi mengganggu aliran ekspor minyak Rusia, produsen terbesar kedua di dunia, tetapi juga menyebabkan kelangkaan bahan bakar di dalam negeri Rusia sendiri.Kondisi ini memaksa pasar untuk memperhitungkan risiko pemangkasan pasokan yang lebih besar di masa depan.
“Fokus belakangan ini kembali bergeser ke Eropa Timur dan kemungkinan sanksi baru terhadap Rusia,” kata Tamas Varga, analis dari PVM Oil Associates.
Selain itu, gangguan pasokan minor lainnya seperti pemangkasan ekspor minyak Venezuela oleh Chevron akibat masalah perizinan turut memperkuat sentimen kenaikan harga dalam jangka pendek.
Mengapa Harga Kemudian Melemah?
Setelah reli yang kuat dan mencapai titik tertinggi dalam hampir dua bulan, pelemahan yang terjadi lebih disebabkan oleh faktor teknikal pasar. Para investor dan trader yang telah membeli di harga lebih rendah memutuskan untuk merealisasikan keuntungannya.
“Setelah menguji dan memantul dari bagian bawah rentang harganya awal pekan ini, minyak mentah kembali menuju batas atas rentang tersebut. Dengan kondisi ini, kemungkinan investor mengambil keuntungan ringan pagi ini,” jelas Tony Sycamore, seorang analis pasar di IG.
Aksi profit-taking ini adalah hal yang wajar terjadi setelah kenaikan harga yang cepat. Namun, penting untuk dicatat bahwa pelemahan ini bersifat tipis dan belum mengubah sentimen positif yang didorong oleh fundamental pasokan dan permintaan yang ketat.
Fundamental Pasar Minyak Dunia
Saat ini, pasar minyak dunia berada dalam posisi tarik-menarik antara fundamental yang kuat dan sentimen pasar jangka pendek. Di satu sisi, data permintaan yang solid dari AS dan risiko pasokan yang nyata dari Eropa Timur menjadi fondasi yang kokoh untuk menjaga harga tetap tinggi.
Laporan dari J.P. Morgan juga mencatat bahwa permintaan minyak global hingga 23 September tetap kuat, dengan rata-rata mencapai 104,4 juta barel per hari.
Di sisi lain, faktor-faktor seperti perlambatan ekonomi global atau penguatan dolar AS dapat menjadi penekan laju kenaikan harga. Para pelaku pasar akan terus memantau dengan cermat perkembangan konflik di Ukraina, data stok minyak mingguan dari AS, serta kebijakan dari negara-negara produsen utama (OPEC+).
Penutup
Pelemahan harga minyak dunia ke level US$69,11 per barel merupakan koreksi teknikal setelah mencapai level tertinggi dalam tujuh minggu. Kenaikan harga sebelumnya didorong oleh fundamental yang sangat kuat, yaitu penurunan stok minyak mentah AS yang menandakan permintaan yang sehat, serta eskalasi serangan Ukraina terhadap infrastruktur energi Rusia yang mengancam pasokan global.
Meskipun terjadi aksi ambil untung, sentimen pasar secara umum masih cenderung positif. Selama risiko pasokan masih membayangi dan data permintaan tetap solid, harga minyak berpotensi untuk kembali menguji level resistensi yang lebih tinggi dalam beberapa waktu mendatang. Para pengusaha dan pembuat kebijakan perlu terus waspada terhadap volatilitas yang mungkin terjadi akibat dinamika ini.
Disclaimer: Artikel ini bertujuan untuk tujuan edukasi dan informasi, bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.