Menkeu Purbaya Angin Segar Saat IHSG Terkoreksi

Menkeu Purbaya
Menkeu Purbaya

Jakarta, IndonesiaMenkeu Purbaya Angin Segar Saat IHSG Terkoreksi Pelantikan Purbaya Yudhi Sadewa sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) baru oleh Presiden Prabowo Subianto pada Senin (8/9) membawa dinamika baru bagi pasar keuangan Indonesia.

Di satu sisi, kehadirannya disambut sebagai “angin segar” oleh sebagian pelaku pasar. Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merespons dengan koreksi tajam. Fenomena ini memicu pertanyaan Apa sesungguhnya makna di balik sinyal kontradiktif ini untuk masa depan ekonomi Indonesia?

Menjawab gejolak pasar sesaat setelah pelantikannya, Menkeu Purbaya menunjukkan ketenangan yang berakar pada pengalaman panjang. “Kalau IHSG anjlok, biasa mungkin takut. Tapi kan saya lama di pasar.

Saya 15 tahun lebih di pasar. Jadi, saya tahu betul bagaimana memperbaiki ekonomi,” ujarnya di Istana Negara. Pernyataan ini bukan sekadar retorika, melainkan sebuah sinyal kuat bahwa nakhoda baru Kementerian Keuangan ini memahami betul psikologi dan mekanisme pasar dari dalam.

Menkeu Purbaya Angin Analisis Perlambatan Ekonomi dan Resep Jangka Pendek

Menkeu Purbaya tidak menampik kondisi riil perekonomian nasional. Ia secara terbuka mengakui bahwa ekonomi Indonesia saat ini sedang mengalami “agak melambat”.

Menurutnya, perlambatan ini sudah terasa sejak pertengahan tahun namun belum mendapatkan respons kebijakan yang cukup cepat. Eskalasi situasi, termasuk dinamika sosial seperti unjuk rasa, turut memperkeruh suasana dan menekan kepercayaan pasar.

Namun, di setiap tantangan, Purbaya melihat peluang perbaikan. “Kita sudah pelajari kelemahannya, ke depan akan kita perbaiki. Jadi itu enggak terlalu sulit memperbaikinya,” ungkapnya dengan nada optimistis.

Resep jangka pendek yang ia tawarkan adalah pemulihan kepercayaan pasar secepat mungkin. Ia menargetkan perbaikan sentimen akan mulai terlihat dalam waktu singkat.

“Anda lihat nanti, mungkin dua bulan-tiga bulan dari sekarang, Indonesia cerah kelihatan lagi,” janjinya. Langkah awal ini krusial untuk membalikkan tren perlambatan dan mengembalikan stabilitas yang dibutuhkan investor untuk kembali masuk ke pasar.

BACA JUGA: Menkeu Purbaya Jawab Tuntutan 17+8: Ekonomi Jadi Solusi?

Menjawab Tantangan Target Pertumbuhan 8 Persen

Salah satu mandat utama dari Presiden Prabowo adalah percepatan pertumbuhan ekonomi hingga mencapai target ambisius 8 persen. Purbaya mengakui bahwa ini adalah sebuah tantangan besar yang tidak bisa dicapai dalam semalam. Namun, ia menyambutnya dengan strategi yang realistis dan terukur.

Alih-alih melompat langsung ke target 8 persen, Purbaya akan fokus pada langkah-langkah fundamental. Prioritas utamanya adalah mengembalikan laju pertumbuhan ekonomi ke level yang lebih sehat dan stabil terlebih dahulu.

“Kita balikin arah ekonomi yang melambat menjadi lebih cepat dulu. Let’s say ke arah 6 persen, 6 persen lebih dalam waktu tidak terlalu lama,” jelasnya.

Setelah fondasi pertumbuhan yang kuat ini tercapai, barulah pemerintah akan membangun pilar-pilar kebijakan lain untuk mendorong akselerasi lebih lanjut menuju target 8 persen secara bertahap.

Pendekatan ini menunjukkan pragmatisme dan pemahaman mendalam bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan harus dibangun di atas dasar yang kokoh.

BACA JUGA: Purbaya Lepas Jabatan LPS Sebelum Jadi Menteri Keuangan

Kekuatan Domestik dan Rekam Jejak Purbaya

Menkeu Purbaya menunjuk satu pilar utama kekuatan ekonomi Indonesia permintaan domestik (domestic demand). Dengan populasi yang besar dan kelas menengah yang terus tumbuh, konsumsi dalam negeri menjadi bantalan yang solid bagi perekonomian.

“Optimis. Jadi masa depan kita akan cerah. Domestic demand kita kuat. Asal kita kendalikan dengan baik, kita bisa tumbuh dengan baik. 90 persen domestic demand. Masa kita takut?” tuturnya. Pandangan ini menggarisbawahi strateginya yang akan banyak berfokus pada penguatan daya beli masyarakat dan penciptaan iklim usaha yang kondusif di dalam negeri.

Kepercayaan diri Purbaya bukanlah tanpa dasar. Sebelum menjabat sebagai Menkeu, ia adalah Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), sebuah posisi vital dalam menjaga stabilitas sistem keuangan.

Latar belakang pendidikannya dari Purdue University, Amerika Serikat, serta pengalamannya di berbagai posisi strategis seperti Deputi di Kemenko Marves, memberikan bekal yang komprehensif.

Pengalamannya selama lebih dari 15 tahun di pasar modal membuatnya fasih dalam “bahasa” investor, sebuah keahlian yang sangat dibutuhkan saat ini.

BACA JUGA: Profil Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru Kabinet Prabowo

Penutup

Koreksi IHSG pasca-pelantikan Menteri Keuangan baru adalah reaksi pasar yang wajar terhadap perubahan dan ketidakpastian, di balik angka-angka yang bergerak di layar bursa, ada substansi yang lebih penting kehadiran seorang teknokrat berpengalaman yang memahami pasar dan memiliki visi jelas.

Purbaya Yudhi Sadewa membawa kombinasi langka antara ketenangan seorang regulator, pemahaman mendalam seorang pelaku pasar, dan pragmatisme seorang ekonom.

Fokusnya pada pemulihan kepercayaan jangka pendek, strategi pertumbuhan bertahap, dan pengandalan kekuatan permintaan domestik menjadi sinyal awal arah kebijakan fiskal ke depan.

Meskipun jalan menuju pertumbuhan 8 persen terjal, fondasi yang hendak ia bangun dalam beberapa bulan ke depan akan menjadi penentu apakah “angin segar” ini mampu bertiup kencang dan membawa ekonomi Indonesia terbang lebih tinggi.

Pasar kini berada dalam posisi wait and see, menanti apakah janji pemulihan cepat ini akan terwujud menjadi kenyataan.

Related Post

Tinggalkan komentar