Sri Mulyani Diganti, IHSG Langsung Anjlok 1,28% ke 7.766

Sri Mulyani Diganti, IHSG Langsung Anjlok 1,28% ke 7.766
Sri Mulyani Diganti, IHSG Langsung Anjlok 1,28% ke 7.766

Sri Mulyani Diganti, IHSG Langsung Anjlok 1,28% ke 7.766, Pasar modal Indonesia dikejutkan dengan sebuah pengumuman yang memicu gejolak hebat pada penutupan perdagangan, Senin (8/9/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sepanjang hari bergerak di teritori positif, harus berakhir tragis di zona merah.

IHSG ditutup anjlok 100,49 poin atau setara 1,28% ke level 7.766,84. Kejatuhan dramatis ini terjadi hanya beberapa saat setelah Istana mengumumkan perombakan (reshuffle) Kabinet Merah Putih, dengan salah satu poin utamanya adalah pergantian posisi Menteri Keuangan dari Sri Mulyani Indrawati.

Peristiwa ini bukan sekadar pergantian pejabat, melainkan sebuah sinyal kuat yang langsung direspons negatif oleh para pelaku pasar. Anjloknya indeks secara tiba-tiba menunjukkan betapa sentralnya figur Sri Mulyani dalam menjaga kepercayaan dan stabilitas ekonomi di mata investor. Lantas, mengapa pasar bereaksi sedemikian rupa? Dan apa tantangan yang menanti Menteri Keuangan baru di tengah warisan kebijakan dan ekspektasi pasar yang tinggi?

Pergerakan IHSG Sepanjang Hari

Pergerakan IHSG Sepanjang Hari
Pergerakan IHSG Sepanjang Hari

Untuk memahami skala reaksi pasar, penting untuk melihat pergerakan IHSG sepanjang hari. Pada pembukaan perdagangan, pasar tampak optimis. IHSG dibuka menguat signifikan sebesar 61,71 poin (0,78%) ke posisi 7.929,06. Tren positif ini berlanjut hingga penutupan sesi pertama, di mana indeks masih bertengger naik 45,60 poin (0,58%) ke level 7.912,94.

Namun, angin optimisme berbalik arah secara drastis menjelang penutupan. Sekitar pukul 15.30 WIB, Menteri Sekretaris Negara Hadi Prasetyo mengumumkan hasil reshuffle kabinet. Pengumuman pergantian Sri Mulyani Indrawati dengan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menjadi pemicu utama tekanan jual masif.

Dalam hitungan menit, papan perdagangan didominasi oleh warna merah. Investor, baik domestik maupun asing, serentak melepas saham-saham mereka. Puncaknya, IHSG terperosok dalam dan ditutup pada level 7.766. Data perdagangan mencatat nilai transaksi yang sangat besar, mencapai Rp19,45 triliun dari 35,82 miliar lembar saham yang diperdagangkan, menunjukkan tingginya aktivitas penjualan. Pelemahan ini juga tercermin pada indeks LQ45 yang berisi saham-saham unggulan, yang turun lebih dalam sebesar 2,03% ke level 783,59.

BACA JUGA: IHSG Anjlok 1,28% Usai Prabowo Reshuffle Menteri Keuangan

Mengapa Pasar “Marah”? Sentimen di Balik Figur Sri Mulyani Diganti

Reaksi negatif pasar bukanlah tanpa alasan. Sri Mulyani Indrawati, selama masa jabatannya, telah membangun reputasi sebagai “benteng pertahanan” kebijakan fiskal Indonesia. Bagi komunitas bisnis dan investor global, namanya adalah jaminan atas kebijakan yang prudent (hati-hati), kredibel, dan berkelanjutan.

Beberapa poin penting yang menjadikan figur Sri Mulyani begitu krusial di mata pasar adalah:

  1. Kredibilitas Internasional: Sri Mulyani diakui oleh lembaga-lembaga keuangan dunia seperti Bank Dunia dan IMF. Kredibilitas ini mempermudah Indonesia dalam mendapatkan kepercayaan, baik untuk utang maupun investasi langsung.
  2. Stabilitas Fiskal: Di bawah kepemimpinannya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dikelola dengan disiplin yang ketat. Defisit anggaran dijaga dalam batas aman, dan rasio utang pemerintah terhadap PDB tetap terkendali, bahkan saat menghadapi guncangan pandemi.
  3. Reformasi Struktural: Ia merupakan motor di balik berbagai reformasi penting, termasuk reformasi perpajakan yang bertujuan meningkatkan basis penerimaan negara secara berkelanjutan.
  4. Komunikator yang Andal: Kemampuannya dalam menjelaskan kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah secara transparan kepada publik dan pasar telah membantu meredam kepanikan di saat-saat kritis.

Kepergian figur dengan rekam jejak seperti ini secara otomatis menciptakan ketidakpastian (uncertainty). Ekonom Senior Indef, Mohamad Fadhil Hasan, menilai bahwa pasar khawatir arah kebijakan fiskal ke depan akan berubah.

“Siapapun penggantinya akan menghadapi persoalan fiskal yang rumit. Pilihan-pilihannya tidak ada yang mudah,” ujarnya. Pasar kini bertanya-tanya: Apakah kebijakan disiplin anggaran akan berlanjut? Bagaimana pemerintah akan membiayai program-program ambisiusnya tanpa mengorbankan kesehatan fiskal?

BACA JUGA: Prospek IHSG Semester II 2025: Potensi Rebound & Cuan

Tantangan Berat Menanti Purbaya Yudhi Sadewa

Posisi Menteri Keuangan yang baru kini diisi oleh Purbaya Yudhi Sadewa. Meskipun memiliki latar belakang yang kuat sebagai ekonom dan pengalamannya memimpin LPS, ia mewarisi tugas yang luar biasa berat. Pasar tidak hanya akan menilai kemampuannya, tetapi juga membandingkannya dengan standar tinggi yang telah ditetapkan oleh pendahulunya.

Beberapa tantangan utama yang harus segera dihadapi adalah:

  • Menjaga Kepercayaan Pasar: Langkah pertama dan terpenting adalah meyakinkan investor bahwa kebijakan fiskal akan tetap berada di jalur yang prudent. Pernyataan kebijakan awal darinya akan sangat diawasi oleh pasar.
  • Mengelola Ekspektasi Anggaran: Pemerintah memiliki banyak program yang membutuhkan anggaran besar. Tugas Menteri Keuangan baru adalah mencari sumber pendanaan yang kreatif tanpa meningkatkan risiko utang secara drastis.
  • Kondisi Ekonomi Global: Perlambatan ekonomi global, tensi geopolitik, dan suku bunga tinggi di negara maju menjadi tantangan eksternal yang dapat menekan perekonomian domestik dan APBN.

BACA JUGA: JISDOR Adalah: Pengertian & Bedanya dengan Kurs BI

Rupiah Menguat di Tengah Gejolak

Menariknya, di tengah anjloknya pasar saham, nilai tukar Rupiah justru menunjukkan penguatan. Mengutip data JIDOR BI, Rupiah pada sore yang sama ditutup menguat 123 poin (0,80%) ke level Rp 16.348 per dolar AS.

Fenomena ini menunjukkan bahwa reaksi pasar bersifat parsial. Penguatan Rupiah bisa jadi disebabkan oleh faktor lain atau pandangan bahwa reshuffle kabinet secara keseluruhan (di luar posisi Menteri Keuangan) mungkin membawa sentimen positif di sektor lain. Namun, kontras ini menggarisbawahi bahwa sentimen negatif secara spesifik tertuju pada pasar ekuitas sebagai respons atas hilangnya jangkar stabilitas fiskal.

Sebagai pembanding, bursa saham regional Asia lainnya justru bergerak positif pada hari yang sama. Indeks Nikkei 225 Jepang naik 1,45% dan Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 0,85%. Hal ini semakin mengonfirmasi bahwa kejatuhan IHSG murni dipicu oleh faktor domestik, yakni reshuffle kabinet.

Penutup

Anjloknya IHSG sebesar 1,28% setelah pengumuman pencopotan Sri Mulyani adalah cerminan langsung dari pentingnya kepercayaan dan stabilitas dalam dunia investasi. Pasar modal telah memberikan vonis sementaranya ketidakpastian adalah musuh terbesar.

Kepergian seorang teknokrat yang dihormati secara global dari pos strategis seperti Menteri Keuangan telah menciptakan kekosongan sentimen positif yang sulit untuk segera diisi.

Untuk jangka pendek, IHSG diperkirakan akan tetap volatil. Investor akan berada dalam mode wait and see, menanti sinyal dan kebijakan konkret dari Menteri Keuangan yang baru.

Arah pasar ke depan akan sangat bergantung pada kemampuan pemerintah untuk meyakinkan kembali para pelaku pasar bahwa fondasi ekonomi Indonesia tetap kokoh dan arah kebijakan fiskal tidak akan melenceng dari prinsip kehati-hatian. Babak baru dalam pengelolaan ekonomi Indonesia telah dimulai, dan pasar akan menjadi juri yang paling kritis.

Related Post

Tinggalkan komentar