Rupiah Perkasa: Tembus Rp 16.550/US$, Dolar AS

Rupiah Perkasa: Tembus Rp 16.550/US$, Dolar AS
Rupiah Perkasa: Tembus Rp 16.550/US$, Dolar AS

Rupiah Perkasa: Tembus Rp 16.550/US$, Dolar AS. Nilai tukar rupiah menunjukkan performa gemilang pada perdagangan hari Jumat, 12 September 2025.

Mata uang Garuda berhasil menguat secara signifikan terhadap dolar AS, menembus level psikologis penting. Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis Bank Indonesia, rupiah berada di level Rp 16.550 per dolar AS, sebuah penguatan yang memberikan sentimen positif di pasar keuangan domestik.

Di pasar spot, penguatan rupiah bahkan terasa lebih tajam. Melansir dari berbagai sumber data pasar, rupiah diperdagangkan di rentang Rp 16.365 hingga Rp 16.428 per dolar AS, mencatatkan apresiasi lebih dari 0,55% sepanjang hari.

Penguatan ini melanjutkan tren positif yang telah terlihat dalam beberapa sesi perdagangan terakhir. Lantas, apa saja faktor fundamental yang menjadi motor penggerak di balik keperkasaan rupiah kali ini? Jawabannya terletak pada kombinasi kuat antara faktor eksternal yang menekan dolar AS dan sentimen domestik yang kondusif.

Faktor Eksternal, Rp 16.550/US$ Pelemahan Dolar AS Global

RP16.550US$, Dolar AS
RP16.550US$, Dolar AS

Pelemahan dolar AS global menjadi pendorong utama penguatan rupiah. Indeks Dolar (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia lainnya, terkoreksi tajam setelah rilis serangkaian data ekonomi Amerika Serikat yang jauh dari ekspektasi pasar.

Data terbaru menunjukkan lonjakan klaim awal tunjangan pengangguran mingguan yang signifikan. Angka klaim pengangguran dilaporkan naik sebanyak 27.000 menjadi 263.000, sebuah level tertinggi dalam empat tahun terakhir. Data ini mengirimkan sinyal kuat bahwa pasar tenaga kerja AS, yang selama ini menjadi penopang utama ekonomi, mulai menunjukkan tanda-tanda pendinginan.

Kondisi ini diperparah dengan rilis data Indeks Harga Produsen (PPI) untuk bulan Agustus yang juga lebih rendah dari perkiraan. PPI tercatat turun 0,1% secara bulanan, mengindikasikan bahwa tekanan inflasi dari sisi produsen mereda.

Bagi pasar, dua data ini pelemahan pasar tenaga kerja dan inflasi yang terkendali diartikan sebagai lampu hijau bagi bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), untuk mengambil langkah pelonggaran moneter yang lebih agresif.

Ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga The Fed dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mendatang sontak meningkat. Para analis memproyeksikan The Fed kini memiliki alasan yang lebih kuat untuk fokus pada mandat ketenagakerjaan ketimbang memerangi inflasi.

Prospek penurunan suku bunga ini membuat imbal hasil aset berdenominasi dolar menjadi kurang menarik bagi investor global, memicu aksi jual dan menyebabkan nilai tukar dolar AS melemah secara luas.

BACA JUGA: Dolar Goyah, Data Inflasi AS Buka Peluang Penguatan Rupiah

Faktor Internal, Rp 16.550/US$ Ekonomi Domestik Indonesia

Di tengah tekanan eksternal yang menguntungkan, fundamental ekonomi domestik Indonesia memberikan fondasi yang kokoh bagi penguatan rupiah. Stabilitas yang terjaga menjadi kunci utama kepercayaan investor. Bank Indonesia (BI) secara konsisten berada di pasar untuk menjaga volatilitas nilai tukar rupiah tidak berlebihan melalui intervensi yang terukur.

Selain itu, sentimen positif juga datang dari kebijakan pemerintah. Rencana pemerintah untuk menyalurkan dana negara sekitar Rp 200 triliun ke sejumlah bank milik negara (Himbara) disambut baik oleh pasar.

Langkah ini dinilai akan meningkatkan likuiditas dalam sistem perbankan dan mendorong penyaluran kredit ke sektor riil, yang pada akhirnya dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.

Kebijakan proaktif ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan memberikan bantalan terhadap potensi gejolak ekonomi global.

Kepercayaan investor asing juga terlihat dari aliran modal masuk (capital inflow) yang mulai kembali ke pasar keuangan domestik, baik di pasar saham maupun obligasi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bergerak di zona hijau seiring penguatan rupiah menjadi bukti nyata optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi Indonesia.

BACA JUGA: Harga Emas 12-09-2025: Antam Naik, Galeri24, dan UBS Turun

Penutup

Penguatan signifikan nilai tukar rupiah yang menembus level Rp 16.550 per dolar AS pada 12 September 2025 merupakan hasil dari kombinasi faktor eksternal dan internal yang saling mendukung.

Pelemahan tajam dolar AS akibat data ekonomi yang mengecewakan dan meningkatnya ekspektasi pelonggaran moneter The Fed menjadi pendorong utama.

Pada saat yang sama, ketahanan fundamental ekonomi domestik, yang didukung oleh kebijakan proaktif pemerintah dan stabilitas yang dijaga oleh Bank Indonesia, memberikan jangkar yang kuat bagi mata uang Garuda.

Momentum positif ini diharapkan dapat terus berlanjut, memberikan dampak positif bagi stabilitas ekonomi makro Indonesia secara keseluruhan.

Related Post

Tinggalkan komentar