RINGKASAN
- Pemicu Utama Reli Emas: Harga emas global melonjak mendekati rekor tertinggi, didorong oleh kekhawatiran pasar akan potensi shutdown (penghentian operasional) pemerintah Amerika Serikat (AS) yang meningkatkan ketidakpastian ekonomi.
- Ekspektasi Suku Bunga The Fed: Data pasar tenaga kerja AS yang melemah memperkuat prediksi pasar (peluang 97% menurut CME Group FedWatch) bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga, sehingga membuat emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi lebih menarik.
- Kinerja Historis Emas: Sepanjang September 2025, harga emas telah naik 11,5%, menuju lonjakan bulanan terbaiknya dalam lebih dari satu dekade, mengukuhkan statusnya sebagai aset safe-haven pilihan utama di tengah gejolak global.
- Pergerakan Logam Mulia Lain: Sementara emas menguat, logam mulia lainnya seperti perak, platinum, dan palladium mengalami koreksi harian, menunjukkan fokus investor saat ini lebih pada peran emas sebagai aset lindung nilai ketimbang komoditas industri.
Investor Panik Shutdown AS, Emas Jadi Rekor Tertinggi, harga emas terus melanjutkan reli impresifnya, bertahan di dekat level tertinggi sepanjang masa. Pemicu utamanya adalah kekhawatiran yang semakin nyata akan terjadinya penghentian operasional sebagian pemerintah Amerika Serikat (AS) atau government shutdown. Ditambah lagi, data ekonomi AS yang melunak memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuannya.
Hingga Rabu pagi (1/10/2025), harga emas di pasar spot terpantau naik 0,3% dan diperdagangkan pada level US$3.843,43 per troy ounce. Harga ini hanya sedikit di bawah rekor tertinggi yang sempat disentuh pada sesi perdagangan Asia di level US$3.871,45. Sementara itu, kontrak emas berjangka AS untuk pengiriman Desember juga menguat 0,5% ke posisi US$3.873,20 per troy ounce, menunjukkan optimisme pasar yang kuat terhadap logam mulia ini.
Table Of Contents
Ancaman Shutdown AS: Bahan Bakar Utama Kenaikan Emas
Penyebab utama dari gejolak pasar saat ini adalah kebuntuan politik di Washington. Partai Republik dan Demokrat hingga kini belum mencapai kesepakatan terkait anggaran pemerintah menjelang tenggat waktu pada tengah malam nanti. Jika tidak ada resolusi yang tercapai, sebagian layanan pemerintah federal AS akan terhenti, sebuah peristiwa yang dikenal sebagai shutdown.
Bagi investor dan para pelaku bisnis, shutdown adalah sinyal ketidakpastian yang sangat kuat. Mengapa? Logika di baliknya sederhana:
- Perlambatan Ekonomi: Penghentian layanan pemerintah, meskipun parsial, akan berdampak negatif pada kinerja ekonomi AS. Proyek-proyek akan tertunda, pegawai pemerintah tidak akan menerima gaji, dan sentimen konsumen serta bisnis akan menurun.
- Penundaan Data Ekonomi: Departemen Tenaga Kerja AS telah mengonfirmasi bahwa mereka akan berhenti mempublikasikan data ekonomi penting termasuk laporan data penggajian (Non-Farm Payrolls) yang dinantikan pada hari Jumat jika shutdown terjadi. Tanpa data ini, investor dan The Fed akan “terbang buta”, sulit untuk mengukur kesehatan ekonomi secara akurat.
- Mendorong Kebijakan Longgar The Fed: Analis dari TD Securities, Bart Melek, menyatakan, “Shutdown yang berlangsung cukup lama akan menjadi sentimen negatif bagi ekonomi AS dan mendorong The Fed untuk melonggarkan kebijakannya lebih cepat, yang pada akhirnya sangat positif untuk emas.”
Dalam situasi seperti ini, emas kembali menunjukkan perannya sebagai aset safe-haven atau lindung nilai. Ketika kepercayaan terhadap aset berisiko seperti saham dan mata uang Dolar AS menurun akibat ketidakpastian politik dan ekonomi, investor berbondong-bondong memindahkan dananya ke emas yang dianggap lebih stabil dan mampu mempertahankan nilainya.
Sinyal The Fed dan Pelemahan Pasar Tenaga Kerja
Faktor pendorong kedua bagi reli emas adalah ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter The Fed. Data terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa jumlah pembukaan lapangan kerja (JOLTs) hanya naik tipis pada bulan Agustus, sementara angka perekrutan justru menurun.
Data ini mengonfirmasi narasi bahwa pasar tenaga kerja AS mulai mendingin setelah serangkaian kenaikan suku bunga agresif oleh The Fed. Pasar tenaga kerja yang lebih lemah memberikan ruang bagi bank sentral AS untuk mulai mempertimbangkan pemangkasan suku bunga guna menstimulasi kembali perekonomian.
Berdasarkan alat pantau CME Group FedWatch, probabilitas pasar untuk pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed di bulan Oktober kini meroket hingga 97%. Emas, sebagai aset yang tidak memberikan imbal hasil (bunga), menjadi jauh lebih menarik di lingkungan suku bunga rendah. Penurunan suku bunga akan mengurangi opportunity cost (biaya peluang) memegang emas dibandingkan dengan aset lain yang memberikan bunga seperti obligasi pemerintah.
Tai Wong, seorang trader logam independen terkemuka, berkomentar, “Emas sekali lagi menunjukkan ketahanan yang luar biasa. Pelemahan awal setelah data JOLTs langsung terhapus karena pasar melihatnya sebagai lampu hijau bagi The Fed untuk memangkas suku bunga bulan depan.”
Kinerja Bulanan dan Kuartalan yang Fenomenal
Reli yang terjadi saat ini menempatkan emas di jalur untuk mencatatkan kinerja yang luar biasa. Sepanjang bulan September saja, harga emas telah melonjak 11,5%, menuju kenaikan bulanan terbesar sejak Agustus 2011. Secara kuartalan, logam mulia ini telah menguat sebesar 16,4%, menggarisbawahi statusnya sebagai salah satu aset dengan kinerja terbaik tahun ini.
Bagaimana Nasib Logam Mulia Lainnya?
Meskipun emas bersinar terang, logam mulia lainnya menunjukkan pergerakan yang beragam pada hari ini.
- Perak: Harga perak spot tercatat turun 1,1% ke posisi US$46,42 per troy ounce. Namun, penting untuk dicatat bahwa penurunan ini terjadi setelah lonjakan signifikan. Sepanjang bulan September, harga perak telah melonjak sebesar 17%.
- Platinum: Logam yang banyak digunakan di industri otomotif ini terkoreksi 2,7% ke level US$1.576,75.
- Palladium: Serupa dengan platinum, palladium juga mengalami penurunan sebesar 1,5% ke level US$1.249,37.
Pergerakan ini menunjukkan bahwa fokus investor saat ini lebih tertuju pada emas sebagai aset safe-haven utama di tengah ancaman shutdown, sementara logam mulia lain yang memiliki kaitan lebih erat dengan permintaan industri cenderung lebih fluktuatif.
Penutup
Kombinasi sempurna antara ancaman shutdown pemerintah AS dan ekspektasi kuat akan pemangkasan suku bunga The Fed telah menciptakan badai yang ideal bagi harga emas. Ketidakpastian politik dan ekonomi di negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini secara efektif mendorong investor untuk mencari perlindungan pada aset yang telah teruji oleh waktu: emas.
Ke depan, para pelaku pasar akan terus memantau dengan cermat perkembangan politik di Washington dan setiap sinyal kebijakan dari The Fed. Jika kebuntuan anggaran terus berlanjut dan shutdown menjadi kenyataan, potensi kenaikan harga emas ke level rekor yang lebih tinggi lagi sangat terbuka lebar. Bagi pembisnis dan pengusaha di Indonesia, dinamika ini menjadi pengingat pentingnya diversifikasi aset untuk melindungi kekayaan dari gejolak pasar global.
Disclaimer: Artikel ini bertujuan untuk tujuan edukasi dan informasi, bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.