IHSG 2025 Cetak Rekor: GOTO, CPIN, & Saham Prajogo (CDIA)

IHSG 2025 Cetak Rekor: GOTO, CPIN, & Saham Prajogo (CDIA)
IHSG 2025 Cetak Rekor: GOTO, CPIN, & Saham Prajogo (CDIA)

RINGKASAN

  • Rekor Baru IHSG 2025: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencetak rekor tertinggi baru sepanjang sejarah pada 24 September 2025 di level 8.126,558, ditopang oleh kenaikan signifikan saham teknologi, konsumer, dan energi.
  • kontributor Utama: Saham GOTO menjadi kontributor harian terbesar, sementara saham emiten Prajogo Pangestu, CDIA, menjadi jawara pertumbuhan year-to-date (YTD) dengan lonjakan fantastis lebih dari 790%.
  • Kombinasi Kekuatan Pasar: Penguatan IHSG didorong oleh kombinasi unik antara stabilitas saham blue chip (TLKM, ASII) dan pertumbuhan agresif dari saham sektor teknologi (DCII) serta energi (CDIA), menciptakan dinamika pasar yang positif.
  • Aktivitas Perdagangan Meningkat: Data BEI menunjukkan peningkatan volume dan frekuensi transaksi mingguan, dengan kapitalisasi pasar menembus Rp14.888 triliun, menandakan tingginya minat investor domestik di tengah aksi jual bersih investor asing secara YTD.

ℹ️ Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI

IHSG 2025 Cetak Rekor: GOTO, CPIN, & Saham Prajogo (CDIA). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menunjukkan tajinya di tahun 2025 dengan berhasil memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa.

Pada penutupan perdagangan Rabu (24/9/2025), IHSG ditutup pada level historis 8.126,558. Laju kencang ini tidak terlepas dari peran sentral sejumlah emiten raksasa dari berbagai sektor yang menjadi motor penggerak utama.

Kenaikan signifikan ini diwarnai oleh aksi korporasi dan performa gemilang dari saham teknologi seperti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), sektor konsumer yang diwakili oleh PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN), hingga fenomena lonjakan harga saham emiten milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA).

Artikel ini akan mengupas tuntas faktor-faktor di balik rekor baru IHSG, menganalisis saham-saham yang menjadi primadona, dan menyajikan data relevan bagi para investor dan pelaku bisnis.

IHSG 2025 Cetak Rekor GOTO dan CPIN

Dalam laju harian IHSG, kontribusi terbesar datang dari sektor teknologi. PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) menjadi penopang utama indeks dengan kenaikan harga saham sebesar 3,77% pada perdagangan akhir pekan lalu, menyumbang 4,28 poin terhadap penguatan IHSG. Pergerakan positif ini menandakan kembalinya kepercayaan investor terhadap prospek bisnis ekosistem digital terbesar di Indonesia tersebut.

Di sisi lain, sektor konsumer juga memberikan fondasi yang kokoh. Emiten pakan ternak dan ayam olahan, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN), bersama dengan pemain besar lainnya seperti ICBP, turut menjaga momentum positif IHSG. Stabilitas sektor konsumer menunjukkan bahwa daya beli masyarakat tetap terjaga, memberikan sentimen positif bagi emiten di sektor ini.

Berdasarkan laporan statistik Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 22-26 September 2025, pasar menunjukkan gairah yang luar biasa. Rata-rata frekuensi transaksi harian meroket 15,56% menjadi 2,45 juta kali transaksi. Peningkatan ini diikuti oleh volume transaksi harian yang naik 12,08% menjadi 47,077 miliar lembar saham.

CDIA Saham Emiten Prajogo Pangestu

Jika GOTO menjadi bintang harian, maka gelar jawara pertumbuhan sejak awal tahun 2025 (year-to-date/YTD) disematkan pada emiten milik taipan Prajogo Pangestu. PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) mencatatkan kenaikan harga saham yang spektakuler hingga 792,11%.

Lonjakan luar biasa ini menegaskan dominasi sektor energi dan petrokimia sebagai magnet utama bagi investor sepanjang 2025. Performa fantastis CDIA tidak berdiri sendiri. Emiten lain di sektor teknologi dan energi juga menunjukkan pertumbuhan agresif, seperti PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) yang naik 749,86% dan emiten data center PT DCI Indonesia Tbk (DCII) dengan kenaikan 588,84% YTD.

Hal ini menunjukkan sebuah pola menarik di pasar modal Indonesia: penguatan IHSG tidak lagi hanya bergantung pada saham-saham blue chip tradisional.

Kekuatan IHSG: Perpaduan Saham Stabil dan Agresif

Rekor baru IHSG 2025 adalah cerminan dari keseimbangan kekuatan pasar. Di satu sisi, ada saham-saham berkapitalisasi besar (blue chip) yang memberikan kontribusi stabil dan konsisten.

Beberapa di antaranya adalah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) yang naik 15,13% YTD, PT Astra International Tbk (ASII) dengan kenaikan 17,86%, dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang mencatatkan kenaikan impresif 107,87% YTD.

Di sisi lain, ada saham-saham dengan pertumbuhan agresif seperti CDIA, MLPT, dan DCII yang memberikan daya dorong eksplosif. Kombinasi antara fondasi yang kokoh dari para blue chip dan akselerasi dari saham-saham bertumbuh tinggi inilah yang berhasil membawa IHSG menembus level psikologis baru.

Kondisi ini juga tercermin dari kenaikan total kapitalisasi pasar BEI sebesar 1,74% dalam sepekan, mencapai Rp14.888 triliun dari Rp14.632 triliun pada pekan sebelumnya.

Arus Dana Investor dan Prospek

Meskipun data mingguan menunjukkan investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp583,10 miliar, data sepanjang tahun 2025 masih menunjukkan posisi jual bersih (net sell) sebesar Rp53,60 triliun. Angka ini mengindikasikan bahwa kekuatan utama di balik rekor IHSG kali ini banyak ditopang oleh investor domestik yang semakin percaya diri.

Ke depan, para pelaku pasar perlu mencermati potensi aksi ambil untung (profit taking) setelah kenaikan signifikan. Namun, dengan fundamental ekonomi yang solid dan meningkatnya aktivitas transaksi, prospek IHSG untuk terus bergerak di teritori positif tetap terbuka lebar.

Penutup

Pencapaian rekor baru IHSG di level 8.126,558 pada September 2025 bukanlah sebuah kebetulan, melainkan hasil dari sinergi kuat berbagai sektor. Kenaikan ini didalangi oleh performa solid emiten teknologi seperti GOTO, ketahanan sektor konsumer yang direpresentasikan oleh CPIN, serta ledakan fenomenal dari saham energi milik Prajogo Pangestu, CDIA.

Dinamika pasar saat ini menunjukkan perpaduan yang sehat antara stabilitas yang ditawarkan saham blue chip dan potensi pertumbuhan eksplosif dari saham-saham lapis dua yang tengah naik daun. Bagi investor, kondisi ini menyajikan peluang sekaligus tantangan untuk tetap cermat dalam menyusun portofolio investasi yang seimbang.

Disclaimer: Artikel ini bertujuan untuk tujuan edukasi dan informasi, bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.

Related Post

Tinggalkan komentar