RINGKASAN
- Peluang Rekor Baru: Harga emas berpeluang besar menembus level psikologis $US3.800 per troy ounce pekan ini, didorong oleh reli selama lima pekan berturut-turut dan sentimen pasar yang sangat positif.
- Pendorong Utama Kenaikan: Momentum emas ditopang oleh ekspektasi kuat bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada Oktober dan Desember, permintaan masif dari bank sentral global untuk diversifikasi aset, serta inflasi yang persisten.
- Risiko dan Level Kunci: Ancaman utama bagi reli emas adalah rilis data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan yang dapat mengangkat nilai dolar AS. Investor perlu mengawasi level support krusial di $US3.550 untuk mengantisipasi potensi pembalikan arah.
- Kebijakan The Fed sebagai Penentu: Arah harga emas dalam jangka pendek akan sangat bergantung pada sinyal dan pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell. Setiap nada yang lebih hawkish dari perkiraan dapat menahan laju kenaikan emas.
Harga Emas Siap Cetak Rekor? Ini Faktor Penentu Pekan Ini. Harga emas dunia menunjukkan taringnya setelah mencatatkan reli impresif selama lima pekan berturut-turut. Memasuki pekan terakhir September 2025, pasar kini menahan napas, menantikan apakah logam mulia ini mampu menembus level psikologis baru di angka $US3.800 per troy ounce.
Setelah ditutup menguat di level $US3.775,69 pada Jumat (26/9), sentimen bullish masih terasa kental, didorong oleh kombinasi faktor fundamental yang kuat dan ekspektasi kebijakan moneter global.
Bagi para pengusaha, investor, hingga mahasiswa yang mengamati pergerakan aset aman (safe haven), pekan ini menjadi momen krusial. Akankah emas berhasil mencetak rekor lagi, atau justru terkoreksi setelah kenaikan tajam? Mari kita bedah faktor-faktor penentunya.
Table Of Contents
Faktor Utama di Balik Momentum Harga Emas Siap Cetak Rekor
Kekuatan emas saat ini tidak berdiri di atas satu pilar tunggal. Ada beberapa katalis utama yang secara sinergis mendorong harganya mendekati rekor tertinggi.
1. Ekspektasi Pelonggaran Kebijakan The Fed
Salah satu pendorong terbesar adalah ekspektasi pasar terhadap kebijakan Federal Reserve (The Fed). Data inflasi terbaru, yang diukur dengan Indeks PCE inti, menunjukkan angka yang bertahan di 2,9% secara tahunan. Meskipun masih di atas target The Fed sebesar 2%, angka ini dianggap cukup terkendali dan tidak menghalangi bank sentral AS untuk melanjutkan rencana pemangkasan suku bunga.
Suku bunga yang lebih rendah cenderung menekan nilai dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah. Kondisi ini membuat emas, yang tidak menawarkan imbal hasil, menjadi lebih menarik bagi investor. Menurut CME FedWatch Tool, probabilitas pemangkasan suku bunga pada pertemuan Oktober mencapai 87%, dengan kemungkinan pemangkasan lanjutan sebesar 65% pada bulan Desember.
Ketua The Fed, Jerome Powell, diperkirakan akan memberikan sinyal yang lebih jelas dalam pidatonya pekan ini, yang akan sangat dinantikan oleh pelaku pasar.
2. Pembelian Agresif dari Bank Sentral Global
Permintaan fisik dari institusi resmi menjadi penopang fundamental yang sangat solid. Bank-bank sentral di seluruh dunia terus melakukan diversifikasi cadangan devisa mereka, mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Kekhawatiran atas tingginya beban utang AS dan ketegangan geopolitik mendorong mereka untuk memborong emas secara masif.
Beberapa analis memproyeksikan total pembelian bank sentral bisa menembus 900 ton pada tahun 2025, sebuah angka yang signifikan dan menjaga permintaan tetap tinggi.
3. Inflasi yang Persisten dan Pelemahan Dolar AS
Meskipun inflasi dianggap “terkendali”, levelnya yang masih persisten di atas target membuat emas tetap relevan sebagai lindung nilai. Selama daya beli mata uang fiat tergerus inflasi, emas akan terus dipandang sebagai penyimpan nilai yang andal.
Tren ini diperkuat oleh pencarian global untuk alternatif terhadap dominasi dolar AS di kancah perdagangan dan cadangan devisa.
Potensi Penghalang Laju Emas Pekan Ini
Meskipun sentimen secara umum positif, bukan berarti jalan emas menuju $US3.800 akan mulus. Ada beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai.
- Data Ekonomi AS yang Kuat: Fokus utama pasar pekan ini adalah data ketenagakerjaan AS. Jika data tersebut menunjukkan perbaikan yang signifikan dan di luar ekspektasi, hal ini dapat memperkuat dolar AS. Dolar yang menguat akan membuat harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga berpotensi menahan laju kenaikannya.
- Kondisi Overbought (Jenuh Beli): Secara teknikal, reli lima pekan berturut-turut telah membawa emas ke wilayah overbought. Ini menandakan bahwa pasar mungkin rentan terhadap aksi ambil untung (profit taking) dalam jangka pendek, yang dapat memicu koreksi harga sebelum kembali melanjutkan tren naiknya.
- Perubahan Nada Bicara The Fed: Jika pernyataan dari pejabat The Fed, termasuk Jerome Powell, ternyata lebih hawkish (cenderung menahan suku bunga tinggi) dari yang diperkirakan, ekspektasi pasar bisa berubah drastis. Ini akan menjadi sentimen negatif utama yang bisa membalikkan arah harga emas.
Analisis Teknikal dan Proyeksi Harga
Dari sisi teknikal, tren bullish emas masih sangat kuat. Sejumlah analis, seperti Andy Nugraha dari Dupoin Futures Indonesia, mengonfirmasi bahwa pola candlestick dan indikator Moving Average mendukung kelanjutan kenaikan.
- Level Resistance (Batas Atas): Target terdekat dan paling krusial adalah level psikologis $US3.800. Penembusan level ini secara meyakinkan akan membuka jalan menuju target yang lebih tinggi.
- Level Support (Batas Bawah): Jika terjadi pembalikan arah, investor perlu memperhatikan key point di $US3.550. Penembusan di bawah level ini dapat mengindikasikan pelemahan tren dan membuka potensi penurunan lebih lanjut menuju $US3.467.
Fawad Razaqzada, seorang analis pasar di City Index, berpendapat bahwa selama faktor-faktor fundamental seperti pembelian bank sentral dan kekhawatiran utang AS tidak berubah, momentum emas kemungkinan besar akan tetap terjaga kuat untuk menembus $US3.800 dalam waktu dekat.
Penutup
Prospek harga emas sepanjang pekan ini cenderung tetap positif (bullish), dengan target utama menguji rekor baru di $US3.800 per troy ounce. Momentum ini didukung kuat oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed, permintaan yang solid dari bank sentral global, serta perannya sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan dolar AS.
Meskipun demikian, para pelaku pasar harus tetap waspada terhadap data ekonomi AS yang akan dirilis dan setiap perubahan sinyal dari The Fed. Potensi koreksi jangka pendek tetap ada, terutama karena kondisi pasar yang sudah jenuh beli.
Kunci untuk pekan ini terletak pada apakah sentimen positif yang ada mampu mengatasi potensi penguatan dolar AS. Jika berhasil, rekor baru tampaknya sudah di depan mata.