RINGKASAN
- Transformasi Agresif TOBA: PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), emiten yang identik dengan Luhut Binsar Pandjaitan, secara radikal merombak model bisnisnya dari batu bara ke sektor berkelanjutan, dengan fokus utama pada Energi Baru Terbarukan (EBT) dan pengelolaan limbah menjadi energi (Waste-to-Energy).
- Ledakan Pendapatan Sektor Hijau: Meskipun pendapatan keseluruhan menurun akibat divestasi PLTU dan tekanan harga batu bara, segmen pengelolaan limbah TOBA melonjak 831% menjadi US$59,6 juta pada semester I 2025, membuktikan potensi besar dari strategi bisnis barunya.
- Akuisisi Skala Besar: TOBA memperkuat posisinya di bisnis limbah melalui serangkaian akuisisi strategis, termasuk perusahaan Singapura Sembcorp Environment senilai SGD 414 juta, serta ARAH Environmental dan Asia Medical Enviro Services (AMES).
- Prospek Industri Waste-to-Energy: Langkah TOBA sejalan dengan tren industri di mana emiten lain seperti UNTR dan BIPI juga memasuki sektor sampah listrik, didorong oleh dukungan regulasi pemerintah (Perpres Sampah) dan potensi pendapatan jangka panjang yang stabil.
Babak Baru TOBA: Agresif Masuk Bisnis EBT dan Limbah. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA), emiten energi yang lama lekat dengan bisnis batu bara dan figur Luhut Binsar Pandjaitan, kini sedang menulis ulang narasi bisnisnya. Bukan sekadar diversifikasi, TOBA melakukan transformasi fundamental yang bold dengan menempatkan keberlanjutan sebagai pusat model bisnisnya. Langkah strategis ini menggeser ketergantungan pada energi fosil menuju tiga pilar utama masa depan kendaraan listrik, Energi Baru Terbarukan (EBT), dan yang paling agresif, pengelolaan limbah.
Pada semester I 2025, pendapatan dari segmen proyek hijau TOBA secara keseluruhan meroket hingga 440%. Ini adalah sinyal kuat bahwa pertaruhan besar perusahaan mulai menunjukkan hasil awal yang menjanjikan, bahkan di tengah tantangan pada bisnis lawasnya.
Table Of Contents
3 Transformasi Bisnis Babak Baru TOBA
Pergeseran haluan bisnis TOBA tidak terjadi dalam semalam. Ini adalah hasil dari serangkaian investasi dan akuisisi yang diperhitungkan secara matang dalam beberapa tahun terakhir.
1. Ekosistem Kendaraan Listrik (Electrum)
Sejak 2021, TOBA telah bermitra dengan Gojek (GoTo Group) untuk membangun ekosistem motor listrik melalui brand Electrum. Fokusnya tidak hanya pada penjualan unit motor, tetapi juga pada infrastruktur krusial seperti stasiun penukaran baterai. Kemitraan ini terus berkembang, menyasar segmen logistik dan bisnis lainnya. Pada paruh pertama 2025, segmen ini menyumbang pendapatan US$3,4 juta, naik 13% dari tahun sebelumnya.
2. Energi Baru Terbarukan (EBT)
TOBA melebarkan sayapnya ke sektor pembangkit listrik bersih. Sejak Januari 2025, pembangkit listrik tenaga mini hidro (PLTM) berkapasitas 6MW di Lampung telah mulai beroperasi. Selain itu, proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 46MWp di Batam sedang dalam tahap konstruksi, menyasar kawasan industri sebagai target utama pasarnya. Di kedua proyek EBT ini, TOBA memiliki porsi kepemilikan sebesar 49%.
3. Pengelolaan Limbah Menjadi Energi
Ini adalah segmen yang menunjukkan pertumbuhan paling eksplosif. TOBA secara serius menggarap bisnis pengelolaan limbah, mulai dari limbah medis hingga limbah umum, dan mengubahnya menjadi sumber energi. Langkah ini diperkuat dengan serangkaian akuisisi strategis:
- Asia Medical Enviro Services (AMES): Perusahaan pengelola limbah medis berbasis di Singapura ini diakuisisi pada Agustus 2023.
- ARAH Environmental: Diakuisisi pada Desember 2023, perusahaan ini melayani pengelolaan limbah B3 medis, komersial, dan domestik di 15 provinsi di Indonesia.
- Sembcorp Environment Pte. Ltd. & Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd.: Akuisisi terbesar yang dilakukan pada Maret dan Mei 2025 dengan nilai total SGD 414 juta, menjadikan TOBA pemain signifikan dalam industri pengelolaan limbah di kawasan ini.
Membaca Laporan Keuangan di Tengah Transisi
Sekilas, laporan keuangan konsolidasi TOBA per Juni 2025 mungkin menimbulkan pertanyaan. Pendapatan tercatat turun 31% secara tahunan menjadi US 115,3 juta. Namun, angka ini perlu dibedah lebih dalam. “Penurunan pendapatan sebenarnya karena tekanan pada harga batu bara global dan penurunan volume penjualan,” jelas Leonardo Lijuwardi, Analis NH Korindo Sekuritas. “Namun yang terpenting adalah pendapatan dari bisnis masa depan masih tumbuh signifikan.”
Kerugian yang tercatat, menurutnya, lebih bersifat perlakuan akuntansi (accounting treatment) dan non-kas yang berasal dari divestasi dua unit PLTU miliknya, yaitu PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) dan PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL), dengan total nilai transaksi mencapai US$403 juta. Divestasi ini justru merupakan bukti nyata komitmen TOBA untuk mengurangi jejak karbon dan beralih sepenuhnya ke energi bersih.
Faktanya, lonjakan pendapatan segmen pengelolaan limbah hingga 831% menjadi US$59,6 juta adalah bukti bahwa mesin pertumbuhan baru perusahaan sudah mulai panas.
Potensi ‘Sampah Listrik’ dan Dukungan Pemerintah
Langkah TOBA memasuki bisnis waste-to-energy (WTE) atau sampah listrik sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang menghadapi darurat sampah. “Marketnya ada dan besar di kita karena kita negara dengan populasi terbesar ke-4 dunia. Sampah dan limbah jadi persoalan nyata,” tambah Leonardo.
Pemerintah pun memberikan sinyal dukungan kuat. Menurut Sukarno Alatas, Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, regulasi melalui Peraturan Presiden (Perpres) dan komitmen PLN sebagai offtaker (pembeli listrik) menjadi pendorong utama minat emiten masuk ke sektor ini. Model bisnis WTE menawarkan pendapatan berulang (recurring income) yang stabil melalui kontrak jangka panjang.
Namun, tantangan tetap ada. Proyek WTE membutuhkan belanja modal (capex) yang sangat besar dan kepastian regulasi harga beli listrik agar menarik secara keekonomian.
TOBA tidak sendirian. Emiten lain seperti PT United Tractors Tbk (UNTR), PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA), PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) melalui akuisisi PT Jabar Bersih Lestari, dan PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) juga tengah menjajaki atau memulai proyek di sektor WTE.
Penutup
Transformasi PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) adalah sebuah studi kasus menarik tentang bagaimana sebuah perusahaan energi tradisional berani berputar haluan secara drastis untuk menyambut masa depan.
Dengan melepas aset PLTU dan menginvestasikan modal besar pada EBT, kendaraan listrik, dan terutama pengelolaan limbah, TOBA secara sadar menukar profitabilitas jangka pendek dari batu bara dengan potensi pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.
Meskipun diwarnai tantangan seperti kebutuhan modal besar dan risiko eksekusi proyek, strategi ini menempatkan TOBA sebagai salah satu yang terdepan untuk meraih manfaat dari kebijakan pemerintah yang pro-lingkungan dan kebutuhan mendesak Indonesia akan solusi energi bersih dan pengelolaan sampah. Bagi para investor dan pelaku bisnis, langkah TOBA ini adalah sinyal jelas ke mana arah industri energi di masa depan.
Disclaimer: Artikel ini bertujuan untuk tujuan edukasi dan informasi, bukan merupakan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Segala keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.