Penjatahan IPO EMAS: Kenapa Investor Hanya Dapat Lot Kecil? Proses penjatahan saham atau allotment dari Initial Public Offering (IPO) PT Merdeka Gold Resources Tbk (kode saham: EMAS) telah resmi berakhir pada Senin, 22 September 2025.
Antusiasme investor ritel yang begitu tinggi harus berhadapan dengan kenyataan pahit: alokasi saham yang diterima jauh lebih kecil dari pesanan. Keluhan mengenai “jatah lot kecil” pun ramai membanjiri media sosial dan forum investasi, memunculkan pertanyaan besar: mengapa ini bisa terjadi dan apa artinya bagi investor?
Artikel ini akan mengupas tuntas fenomena penjatahan IPO EMAS, mulai dari penyebab alokasi kecil, detail penggunaan dana IPO yang strategis, hingga prospek perusahaan ke depan.
Table Of Contents
Fenomena “Lot Mini” dan Banjir Keluhan Investor
Sejak masa penawaran umum berakhir, banyak investor membagikan pengalaman mereka terkait hasil penjatahan IPO EMAS. Euforia yang tadinya membuncah berubah menjadi sedikit kekecewaan. Bagaimana tidak, investor yang telah memesan ratusan lot saham dengan nilai puluhan hingga ratusan juta rupiah melaporkan hanya mendapatkan segelintir lot.
Berdasarkan data yang beredar di kalangan komunitas investor, alokasi yang diterima sangatlah minim. Beberapa contoh konkret yang dibagikan antara lain:
- Seorang investor memesan 343 lot (senilai Rp 98,78 juta) namun hanya memperoleh 2 lot, atau sekitar 0,58% dari total pesanan.
- Investor lain yang memesan 355 lot (senilai Rp 102,24 juta) mendapatkan jatah 18 lot, atau sekitar 5,07%.
- Bahkan untuk pesanan yang lebih kecil, seperti 17 lot (senilai Rp 4,89 juta), investor hanya menerima 2 lot atau sekitar 11,76%.
Kondisi ini merata, dari investor dengan modal besar hingga pemula yang mencoba peruntungan. Keluhan “dapat 2 lot saja” atau bahkan “tidak dapat sama sekali” menjadi pemandangan umum. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di balik layar?
BACA JUGA: Cek Harga Emas Antam & UBS Hari Ini 21 September 2025
Membedah Penyebab Utama: Oversubscription yang Masif
Jawaban utama dari kecilnya alokasi saham IPO EMAS adalah terjadinya oversubscription atau kelebihan permintaan. Sederhananya, jumlah saham yang dipesan oleh masyarakat jauh melampaui jumlah saham yang ditawarkan oleh perusahaan.
PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS), yang merupakan anak usaha dari PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), hanya melepas 1,61 miliar lembar saham ke publik. Jumlah ini setara dengan 10% dari total modal perusahaan. Dengan harga pelaksanaan yang ditetapkan di Rp 2.880 per saham, nilai total IPO ini mencapai sekitar Rp 4,63 triliun.
Ketika permintaan investor (demand) meroket melebihi pasokan (supply) yang terbatas, sistem penjatahan terpusat (pooling allotment) melalui e-IPO secara otomatis akan membagi saham secara proporsional. Semakin besar tingkat oversubscription, semakin kecil persentase saham yang akan diterima oleh setiap investor.
Fenomena ini sebenarnya merupakan sinyal positif. Tingginya minat investor menunjukkan kepercayaan pasar yang kuat terhadap fundamental dan prospek bisnis EMAS di masa depan. Namun, konsekuensi langsungnya adalah kekecewaan bagi investor ritel yang berharap bisa mengoleksi saham ini dalam jumlah besar di harga perdana.
BACA JUGA: Saham JARR Haji Isam Meroket 777%, Ini Analisis Lengkapnya!
Alokasi Dana IPO: Fokus pada Ekspansi dan Penguatan Modal
Di balik antusiasme pasar, investor perlu memahami ke mana dana segar hasil IPO ini akan dialokasikan. Penggunaan dana yang strategis adalah kunci pertumbuhan perusahaan di masa depan. Berdasarkan prospektus, dana hasil IPO EMAS akan digunakan untuk tujuan berikut:
- Setoran Modal ke Anak Usaha: Sebesar US$ 20 juta (sekitar Rp 328,4 miliar) akan disetorkan secara bertahap ke PT Pani Bersama Tambang (PBT). Dana ini akan digunakan PBT untuk modal kerja, seperti pembelian bahan baku, biaya operasional, dan gaji karyawan.
- Pinjaman untuk Entitas Anak: Sejumlah US$ 20 juta lainnya akan disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada PT Puncak Emas Tani Sejahtera (PETS), juga untuk mendanai kebutuhan modal kerja operasional.
- Pembayaran Utang ke Induk Usaha: Sisa dana IPO akan dimanfaatkan untuk pembayaran lebih awal sebagian pinjaman kepada induk usahanya, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Perlu dicatat, per 31 Maret 2025, total liabilitas Merdeka Gold Resources mencapai US$ 280 juta. Langkah ini menunjukkan komitmen untuk menyehatkan neraca keuangan perusahaan.
Sebagai informasi tambahan, dalam periode terakhir, Merdeka Gold Resources juga telah membayar pinjaman senilai US$ 50 juta atau sekitar Rp 819,69 miliar, yang mengindikasikan manajemen arus kas yang proaktif.
BACA JUGA: 10 Perusahaan Antre IPO, BEI Kejar Kualitas Lighthouse
Prospek EMAS di Lantai Bursa
Meskipun banyak investor kecewa karena mendapatkan lot kecil, tingginya angka oversubscription justru menjadi sinyal bullish bagi pergerakan harga saham EMAS saat resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa, 23 September 2025.
Permintaan yang masih belum terpenuhi di pasar perdana berpotensi besar akan beralih ke pasar sekunder. Hal ini dapat mendorong kenaikan harga saham pada hari-hari pertama perdagangannya. Didukung oleh nama besar MDKA sebagai induk usaha dan alokasi dana yang jelas untuk ekspansi, prospek jangka panjang EMAS dinilai cukup menjanjikan oleh sebagian analis.
Penutup
Penjatahan IPO Merdeka Gold (EMAS) yang berakhir dengan keluhan investor mengenai alokasi lot kecil adalah cerminan dari tingginya minat dan kepercayaan pasar, atau yang dikenal dengan istilah oversubscription.
Meskipun mengecewakan dari sisi kuantitas bagi investor ritel, fenomena ini justru bisa menjadi indikator positif untuk potensi kenaikan harga saham di pasar sekunder.
Bagi para pembisnis, pengusaha, dan investor, pelajaran utamanya adalah memahami mekanisme IPO dan dinamika permintaan-penawaran. Alokasi dana yang fokus pada penguatan modal kerja anak usaha (PBT dan PETS) serta pengurangan utang kepada MDKA menunjukkan langkah strategis manajemen untuk membangun fondasi bisnis yang solid dan berkelanjutan. Kini, semua mata akan tertuju pada bagaimana kinerja saham EMAS saat diperdagangkan secara resmi di bursa.
1. Sistem pro-rata: Investor yang mengajukan pesanan dalam jumlah besar, seperti investor individu dengan nilai kekayaan tinggi (HNW), akan mendapat jatah secara proporsional sesuai dengan jumlah pesanan yang mereka ajukan.
2. Sistem undian (lottery): Untuk investor ritel, regulator bisa memberlakukan sistem undian komputerisasi untuk memastikan setiap pemohon ritel yang memenuhi syarat punya kesempatan setara untuk mendapatkan setidaknya satu lot saham. Jika oversubscription sangat besar, tidak semua investor ritel akan mendapat alokasi.
3. Investor Institusi: Biasanya mendapat alokasi dalam jumlah besar melalui proses book-building atau penawaran yang sudah diarahkan sebelumnya.
4. Investor Ritel: Mendapat porsi yang lebih kecil dan harus bersaing dengan ribuan investor ritel lainnya untuk memperebutkan jumlah saham yang terbatas.