Selasa, 2 Sep 2025 nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS hari ini kembali menunjukkan pergerakan yang dinamis. Berdasarkan data pasar spot, Rupiah dibuka melemah di level Rp16.525 per Dolar AS, terkoreksi tipis sekitar 0,15% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Pelemahan ini melanjutkan tren yang terjadi selama beberapa waktu terakhir, didorong oleh kombinasi faktor eksternal yang kuat dan sentimen domestik yang penuh kehati-hatian.
Dominasi Dolar AS di pasar global, yang tercermin dari Indeks Dolar (DXY) yang bertahan di level tinggi, menjadi tekanan utama bagi mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah. Di sisi lain, para pelaku pasar domestik menantikan rilis data ekonomi penting yang akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) ke depan.
Artikel ini akan mengupas tuntas faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs Rupiah hari ini, analisis mendalam yang belum terbahas, serta proyeksi ke depan yang dapat menjadi panduan bagi para pelaku bisnis dan masyarakat.
Table Of Contents
Analisis Kondisi Pasar di Awal 02 September 2025

Pelemahan Rupiah pada pagi ini tidak terlepas dari sentimen risk-off yang membayangi pasar keuangan Asia. Investor cenderung mencari aset aman (safe-haven) seperti Dolar AS di tengah ketidakpastian ekonomi global dan arah kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed). Penguatan Dolar AS ini memberikan tekanan serentak terhadap hampir seluruh mata uang di kawasan.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia terus berada di pasar untuk melakukan intervensi guna menstabilkan nilai tukar Rupiah. Intervensi ini bersifat sementara untuk meredam volatilitas berlebih, bukan untuk melawan tren fundamental pasar.
Fokus utama BI saat ini adalah menjaga keseimbangan antara stabilitas kurs, pengendalian inflasi, dan momentum pertumbuhan ekonomi. Para analis memproyeksikan bahwa pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS hari ini akan berada di rentang Rp16.480 hingga Rp16.570, dengan kecenderungan masih tertekan oleh faktor global.
BACA JUGA: Kurs Rupiah ke Dolar AS Hari Ini, 26 Agustus 2025
Faktor Internal yang Membebani Gerak Rupiah
Meskipun tekanan eksternal sangat dominan, beberapa faktor domestik turut memberikan sentimen dan membebani pergerakan Rupiah.
1. Rilis Data Inflasi dan Ekspektasi Pasar
Pasar saat ini sedang menantikan rilis data inflasi bulan Agustus yang dijadwalkan akan diumumkan dalam waktu dekat. Konsensus pasar memprediksi adanya sedikit kenaikan inflasi secara tahunan (year-on-year) akibat penyesuaian harga beberapa komoditas energi.
Jika realisasi inflasi ternyata lebih tinggi dari ekspektasi, ini dapat menciptakan dilema bagi Bank Indonesia. Di satu sisi, BI mungkin perlu mempertahankan suku bunga tinggi untuk meredam inflasi, namun di sisi lain, suku bunga tinggi dapat sedikit menghambat laju pertumbuhan ekonomi. Ketidakpastian inilah yang membuat investor bersikap wait and see.
2. Neraca Perdagangan dan Arus Modal Asing
Meskipun neraca perdagangan Indonesia secara historis masih mencatatkan surplus, terjadi tren penurunan nilai surplus dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini disebabkan oleh melambatnya permintaan global terhadap komoditas unggulan Indonesia, sementara nilai impor, terutama untuk bahan baku dan barang modal, tetap tinggi.
Di sisi lain, arus modal asing (capital inflow) ke pasar keuangan domestik, baik saham maupun obligasi, terpantau sedikit melambat. Investor asing cenderung mengurangi porsi investasi di aset berisiko di tengah penguatan Dolar AS dan imbal hasil obligasi AS (US Treasury) yang menarik.
3. Kebijakan Moneter Bank Indonesia
Sikap Bank Indonesia menjadi kunci utama stabilitas Rupiah. BI berada dalam posisi yang kompleks. Intervensi melalui operasi moneter dan penjualan cadangan devisa terus dilakukan.
Ruang untuk menaikkan suku bunga acuan (BI-Rate) semakin terbatas, mengingat fokus pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi pasca-pandemi dan tahun politik. Komunikasi yang jelas dan transparan dari BI mengenai langkah-langkahnya menjadi sangat penting untuk menjaga kepercayaan pasar.
Tentu, ini adalah tabel rangkuman nilai tukar Rupiah dari 25 Agustus hingga 2 September 2025, menggabungkan data resmi JISDOR yang telah rilis dan data pasar spot pagi ini.
BACA JUGA: Mengapa Dollar Amerika Bisa Menjadi Mata Uang Dunia
2 Sep 2025 Nilai Tukar Rupiah Tabel Nilai Tukar Dolar AS vs Rupiah

Periode: 25 Agustus – 2 September 2025
Tanggal | Hari | Jenis Kurs | Nilai (Rp per 1 USD) | Catatan |
25 Ags 2025 | Senin | Kurs Tengah JISDOR | Rp16.255,00 | Data resmi Bank Indonesia |
26 Ags 2025 | Selasa | Kurs Tengah JISDOR | Rp16.277,00 | Data resmi Bank Indonesia |
27 Ags 2025 | Rabu | Kurs Tengah JISDOR | Rp16.355,00 | Data resmi Bank Indonesia |
28 Ags 2025 | Kamis | Kurs Tengah JISDOR | Rp16.356,00 | Data resmi Bank Indonesia |
29 Ags 2025 | Jumat | Kurs Tengah JISDOR | Rp16.461,00 | Data resmi Bank Indonesia |
30 Ags 2025 | Sabtu | – | – | Pasar Libur |
31 Ags 2025 | Minggu | – | – | Pasar Libur |
01 Sep 2025 | Senin | Kurs Tengah JISDOR | Rp16.463,00 | Data resmi Bank Indonesia |
02 Sep 2025 | Selasa | Pasar Spot (08:58 WIB) | ~Rp16.445,00 | Harga real-time, terus bergerak |
02 Sep 2025 | Selasa | Kurs Tengah JISDOR | Belum dirilis | Rilis resmi sekitar pk 10:00 WIB |
BACA JUGA: Harga Emas Antam di Pegadaian Hari Ini Naik, Simak
Dominasi Dolar AS di Pasar Global
Kekuatan Rupiah tidak bisa dilepaskan dari dinamika ekonomi global, di mana Dolar AS masih menjadi rajanya.
1. Arah Kebijakan The Fed yang Hawkish
The Federal Reserve terus memberikan sinyal hawkish (ketat), mengindikasikan bahwa era suku bunga tinggi di Amerika Serikat akan bertahan lebih lama dari yang diperkirakan (higher for longer). Kebijakan ini diambil untuk memastikan inflasi di AS benar-benar terkendali dan kembali ke target 2%.
Suku bunga AS yang tinggi membuat aset-aset dalam denominasi Dolar, seperti obligasi pemerintah, menjadi sangat menarik bagi investor global.
Akibatnya, terjadi aliran modal besar-besaran menuju AS, yang secara otomatis mengangkat nilai tukar Dolar terhadap mata uang lainnya.
2. Indeks Dolar (DXY) sebagai Barometer Kekuatan
Indeks Dolar (DXY), yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia lainnya (Euro, Yen Jepang, Pound Sterling, dll.), terus diperdagangkan di level psikologis yang tinggi.
Selama DXY bertahan di level atas, tekanan terhadap mata uang emerging markets seperti Rupiah akan sulit untuk mereda.
3. Permintaan Aset Safe-Haven
Faktor geopolitik global yang belum sepenuhnya stabil juga mendorong permintaan terhadap Dolar AS sebagai aset safe-haven.
Ketika terjadi ketidakpastian, investor global secara naluriah akan memindahkan dananya ke aset yang dianggap paling aman, dan Dolar AS adalah pilihan utamanya.
BACA JUGA: Pinjaman Skor Kredit: Adalah Solusi Keuangan Cepat dan Mudah
Penutup
Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS hari ini, Selasa, 2 September 2025, yang dibuka melemah di level Rp16.525, merupakan cerminan dari kompleksitas interaksi antara kekuatan Dolar AS yang didorong oleh kebijakan The Fed dan tantangan ekonomi domestik.
Pelemahan ini bukanlah sekadar angka di layar monitor, melainkan memiliki implikasi nyata yang merambat ke seluruh sendi perekonomian, mulai dari biaya produksi industri manufaktur, beban utang korporasi, hingga daya beli masyarakat.
Ke depan, prospek nilai tukar Rupiah akan sangat bergantung pada data inflasi domestik, kebijakan komunikasi Bank Indonesia, serta yang paling utama, arah kebijakan suku bunga The Fed. Bagi para pelaku usaha, strategi lindung nilai (hedging) dan efisiensi biaya menjadi krusial untuk bertahan.
Sementara bagi pemerintah dan Bank Indonesia, menjaga stabilitas fundamental ekonomi dan kepercayaan pasar adalah pekerjaan rumah yang tidak pernah usai. Masyarakat pun perlu bijak dalam mengelola keuangan di tengah potensi kenaikan harga barang-barang impor. Menavigasi periode ini membutuhkan kewaspadaan, adaptasi, dan pemahaman yang mendalam terhadap dinamika ekonomi global dan domestik.