Saham Big Banks Anjlok, Apa Penyebab & Strategi Investor?

Saham Big Banks Anjlok, Apa Penyebab & Strategi Investor?
Saham Big Banks Anjlok, Apa Penyebab & Strategi Investor?

Saham Big Banks Anjlok, Apa Penyebab & Strategi Investor? Aksi jual terhadap saham perbankan berkapitalisasi pasar raksasa (big banks) terus berlanjut pada perdagangan hari ini, Jumat (12/9/2025). Tekanan jual yang kuat ini menandai berlanjutnya tren pelemahan yang telah terjadi dalam beberapa hari terakhir, menyeret kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Investor asing terpantau ramai-ramai melepas saham perbankan yang selama ini menjadi motor penggerak bursa. Sentimen utama yang membuat saham big banks ini tak lepas dari respons pasar terhadap reshuffle kabinet yang diumumkan oleh Presiden Prabowo Subianto, terutama menyangkut pergantian posisi krusial, yakni Menteri Keuangan.

Ketidakpastian arah kebijakan fiskal di bawah kepemimpinan yang baru menjadi alasan utama investor untuk sementara waktu keluar dari aset berisiko, termasuk saham perbankan.

Rincian Saham Big Banks Anjlok

Hingga penutupan sesi perdagangan, keempat saham bank terbesar di Indonesia kompak parkir di zona merah dengan tekanan jual yang signifikan.

  • PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) kembali memimpin koreksi paling dalam di antara para raksasa perbankan. Saham bank berlogo pita emas ini ditutup anjlok ke level Rp 4.310 per saham. Sebagai perbandingan, pada akhir pekan lalu, BMRI masih kokoh bertengger di Rp 4.680 per saham. Artinya, hanya dalam beberapa hari perdagangan, BMRI sudah ambles 7,91%.
  • Penurunan terbesar kedua dialami oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Harga saham BBRI pada perdagangan hari ini turun dalam ke posisi Rp 3.790 per saham. Saham bank yang identik dengan wong cilik ini telah terkoreksi sebesar 5,25% jika dibandingkan dengan harga penutupan akhir pekan sebelumnya.
  • Di sisi lain, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga tak mampu menghindar dari tekanan jual. Saham bank berlogo 46 ini ditutup melemah ke level Rp 4.080 per saham. Dengan demikian, saham BBNI telah turun sebanyak 6,64% dalam sepekan ini, dari posisi sebelumnya di harga Rp 4.370 per saham.
  • Terakhir, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang dikenal paling defensif pun ikut terseret arus. Saham BBCA tercatat turun hingga ke posisi Rp 7.525 per saham. Selama beberapa hari terakhir, saham bank swasta terbesar di Indonesia ini tercatat anjlok hingga 5,94%.

BACA JUGA: Top 10 Bank Market Cap 2025: BBCA Juara, BRIS Melesat

Investor Asing Wait and See, Analis Angkat Bicara

Menurut pandangan seorang analis pasar modal dari Investa Prima Sekuritas, David Gunawan, reaksi pasar ini tergolong wajar namun sedikit berlebihan. “Pasar modal membenci ketidakpastian. Pergantian Menteri Keuangan selalu menjadi sorotan utama karena menyangkut stabilitas fiskal dan iklim investasi. Investor asing, khususnya, akan mengambil sikap wait and see,” jelasnya saat dihubungi hari ini.

Ia menambahkan bahwa aksi jual ini murni didorong oleh sentimen jangka pendek. Secara fundamental, kinerja keuangan emiten big banks hingga kuartal terakhir masih sangat solid. Pertumbuhan kredit terjaga, rasio kredit bermasalah (NPL) terkendali, dan efisiensi operasional terus membaik.

“Ini adalah pertarungan antara sentimen jangka pendek melawan fundamental jangka panjang. Bagi trader, ini adalah periode volatilitas tinggi. Bagi investor, koreksi ini bisa membuka entry point yang menarik untuk melakukan akumulasi beli secara bertahap,” tambah David.

Data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pun mengonfirmasi adanya arus modal asing keluar (net sell) yang signifikan dalam beberapa hari terakhir, dengan saham BMRI dan BBRI menjadi yang paling banyak dilepas oleh investor asing.

BACA JUGA: Kinerja Bank Himbara Tertekan: Analisis Margin Laba dan Prospek Saham

Penutup

Koreksi tajam yang dialami saham-saham big banks merupakan cerminan langsung dari respons pasar terhadap dinamika politik nasional. Sentimen negatif akibat reshuffle kabinet, khususnya di pos Kementerian Keuangan, telah memicu aksi jual masif yang didominasi oleh investor asing.

Ke depan, arah pergerakan saham perbankan akan sangat bergantung pada langkah dan pernyataan kebijakan yang akan dikeluarkan oleh Menteri Keuangan yang baru.

Jika kebijakan yang diambil mampu meyakinkan pasar dan menjamin stabilitas ekonomi, kepercayaan investor diyakini akan pulih dan membuka jalan bagi rebound harga saham.

Untuk saat ini, investor disarankan untuk tetap tenang, tidak panik, dan mencermati perkembangan situasi sebelum mengambil keputusan investasi lebih lanjut.

Related Post

Tinggalkan komentar