BNI Raup Laba Rp10,1 T: Kunci di Kredit & Digitalisasi, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (kode saham: BBNI) berhasil menunjukkan kinerja finansial yang solid. Pada semester I tahun 2025, BNI sukses mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp10,1 triliun. Angka yang impresif ini bukanlah hasil kebetulan, melainkan buah dari eksekusi strategi yang cermat dan terukur.
Lantas, apa saja pilar utama yang menopang pencapaian gemilang ini? Jawabannya terletak pada kombinasi antara ekspansi kredit yang sehat, fondasi pendanaan yang kuat dari dana murah, serta akselerasi transformasi digital yang tanpa henti.
Table Of Contents
Mesin Pertumbuhan Perolehan Laba BNI Raup Laba Rp10,1 T
Pendorong utama di balik perolehan laba BNI adalah penyaluran kredit yang tumbuh signifikan. Hingga akhir Juni 2025, BNI telah menyalurkan kredit sebesar Rp779 triliun, atau tumbuh sebesar 7,1% secara tahunan (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun, pertumbuhan ini tidak dilakukan secara sembarangan. Direktur Finance & Strategy BNI, Hussein Paolo Kartadjoemena, menjelaskan bahwa ekspansi ini difokuskan pada segmen-segmen pinjaman berisiko rendah. Pendekatan yang pruden ini terbukti efektif dalam menjaga kualitas aset bank.
Hal ini tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) yang justru membaik, turun 3 basis poin (bps) menjadi 1,95%. Angka ini menunjukkan bahwa BNI mampu bertumbuh secara agresif tanpa mengorbankan prinsip kehati-hatian.
Diversifikasi ke seluruh segmen, dengan penekanan pada kualitas, menjadi kunci BNI dalam menavigasi risiko dan mengoptimalkan potensi pasar.
BACA JUGA: Kredit UMKM BNI: Strategi Inklusif & Target Baru OJK
Fondasi Kokoh dari Dana Murah (Current Account Savings Account)

Ekspansi kredit yang masif tentu membutuhkan dukungan pendanaan yang kuat dan efisien. Di sinilah letak kekuatan BNI selanjutnya. Pertumbuhan kredit yang sehat ini ditopang oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK), khususnya pada komponen dana murah atau Current Account Savings Account (CASA).
Hingga semester I 2025, CASA BNI tumbuh solid sebesar 18,7% secara YoY. Tabungan, sebagai salah satu fokus utama dalam membangun struktur pendanaan murah, berhasil tumbuh 10,5% YoY mencapai Rp266 triliun.
Pertumbuhan dana murah yang kuat ini memberikan BNI keunggulan kompetitif, yaitu biaya dana (cost of fund) yang lebih rendah. Dengan biaya dana yang efisien, bank memiliki ruang lebih besar untuk menawarkan suku bunga kredit yang kompetitif sambil tetap menjaga margin keuntungan.
BACA JUGA: Daftar Bunga Deposito BNI-64 PENTING, Suku Bunga Terbaru
1. Digitalisasi sebagai Akselerator Kinerja
Di era modern, kinerja perbankan tidak bisa dilepaskan dari peran teknologi. BNI memahami betul hal ini dengan menjadikan digitalisasi sebagai salah satu pilar strategis utama.
Inovasi pada platform digital, seperti BNI Mobile Banking, tidak hanya meningkatkan kenyamanan nasabah dalam bertransaksi, tetapi juga menjadi motor penggerak akuisisi nasabah baru dan pengumpulan dana murah.
Kemudahan membuka rekening, melakukan transfer, membayar tagihan, hingga berinvestasi melalui satu aplikasi membuat nasabah semakin loyal.
Hal ini secara langsung berkontribusi pada peningkatan saldo tabungan dan giro, yang merupakan komponen utama CASA. Efisiensi operasional pun meningkat, memungkinkan BNI untuk melayani lebih banyak nasabah dengan biaya yang lebih terkendali.
2. Manajemen BNI Interest Margin (NIM)
Meskipun mencatatkan kinerja cemerlang, manajemen BNI tetap bersikap transparan dan realistis dalam menghadapi tantangan. Salah satu tantangan utama di industri perbankan saat ini adalah persaingan likuiditas yang ketat untuk memperebutkan dana nasabah.
Kondisi ini memberikan tekanan pada Net Interest Margin (NIM), yang mengalami penyesuaian menjadi 3,8% pada semester I 2025. Paolo mengakui bahwa tekanan pada biaya dana menjadi penyebab utama penurunan NIM.
Merespons hal ini, BNI memilih untuk bersikap konservatif dengan merevisi target NIM sepanjang tahun 2025 ke kisaran 3,8%, lebih rendah dari target sebelumnya. Langkah ini menunjukkan manajemen risiko yang matang dan kemampuan beradaptasi dengan kondisi pasar.
BACA JUGA: Kredit BBNI Melesat 7,1%, Optimis Capai Target 10% 2025
Kesehatan Finansial yang Terjaga Baik
Di luar angka laba dan kredit, kesehatan finansial BNI secara keseluruhan tetap terjaga dengan sangat baik. Rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di level 21,1%, jauh di atas ketentuan regulator.
Ini menandakan BNI memiliki modal yang sangat kuat untuk menyerap potensi risiko dan melakukan ekspansi di masa depan.
Rasio-rasio penting lainnya seperti Return on Equity (ROE) di level 12,8% dan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang sehat di level 86,2% semakin menegaskan bahwa pertumbuhan BNI berjalan secara seimbang dan berkelanjutan.
Penutup
Pencapaian laba Rp10,1 triliun oleh BNI pada semester I 2025 adalah cerminan dari strategi bisnis yang dieksekusi dengan baik.
Keberhasilan ini tidak bergantung pada satu faktor tunggal, melainkan sinergi dari beberapa elemen kunci ekspansi kredit yang pruden dengan fokus pada kualitas, fondasi pendanaan dana murah yang kokoh berkat kepercayaan nasabah dan dukungan digital, serta manajemen yang adaptif dalam menghadapi tantangan industri.
Dengan fondasi ini, BNI berada di posisi yang sangat kuat untuk melanjutkan tren pertumbuhan positifnya di masa mendatang.