Kurs Rupiah 4 September 2025 Turun, Apa Penyebabnya?

Taufiq Setiawan

Kurs Rupiah 4 September 2025 Turun, Apa Penyebabnya?
Kurs Rupiah 4 September 2025 Turun, Apa Penyebabnya?

Kurs Rupiah 4 September 2025 Turun, Apa Penyebabnya? Nilai tukar Rupiah kembali menyerah pada superioritas Dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan yang volatil hari ini, Kamis (4/9/2025). Berdasarkan data pasar spot, Rupiah ditutup melemah signifikan ke level Rp 16.461 per Dolar AS, setelah sempat menyentuh level terlemahnya di Rp 16.500 sepanjang sesi perdagangan.

Pelemahan ini bukanlah anomali. Rupiah bergerak seirama dengan mayoritas mata uang di kawasan Asia yang juga bertekuk lutut di hadapan Dolar. Fenomena ini mengonfirmasi bahwa pendorong utama tekanan berasal dari sentimen global, di mana para investor kini berada dalam mode “tahan napas”, menunggu rilis data fundamental yang akan menentukan arah pasar selanjutnya.

Global Menjelang Rilis Data Tenaga Kerja AS

Faktor paling dominan yang menekan Rupiah datang dari luar negeri. Seluruh perhatian pasar global tertuju pada data ketenagakerjaan AS, khususnya Non-Farm Payrolls (NFP), yang akan segera dirilis. Data ini adalah “rapor” bagi kesehatan ekonomi AS dan menjadi petunjuk utama bagi kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).

Seorang analis pasar uang dari sebuah sekuritas ternama di Jakarta menjelaskan, “Pasar sedang dalam mode risk-off atau menghindari risiko. Jika data NFP menunjukkan pasar kerja AS masih sangat panas, itu akan menjadi lampu hijau bagi The Fed untuk terus mempertahankan suku bunga tinggi. Hal ini memicu investor global untuk memborong Dolar sebagai aset aman (safe-haven) dan melepas aset berisiko seperti Rupiah.”

Logikanya sederhana: imbal hasil yang ditawarkan Dolar AS menjadi terlalu menarik untuk dilewatkan, memicu arus modal keluar (capital outflow) dari negara berkembang, termasuk Indonesia.

Permintaan Dolar yang Konsisten

Meskipun faktor eksternal menjadi pemeran utama, kondisi domestik turut memberikan andil. Permintaan Dolar AS di dalam negeri terpantau tetap tinggi dan konsisten, didorong oleh dua kebutuhan utama:

  1. Kebutuhan Korporasi: Para importir terus membutuhkan Dolar untuk membayar bahan baku dan barang modal dari luar negeri.
  2. Pembayaran Utang: Kewajiban pembayaran utang luar negeri oleh pemerintah dan swasta yang jatuh tempo juga menciptakan permintaan Dolar yang tidak terelakkan.

Di sisi lain, pasokan Dolar dari dalam negeri sangat bergantung pada kinerja ekspor. Analis dari Indo Premier mencatat bahwa fluktuasi harga komoditas andalan Indonesia, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit, di pasar global turut diawasi ketat. Pelemahan harga komoditas dapat menekan surplus neraca perdagangan, yang selama ini menjadi salah satu bantalan utama bagi kekuatan Rupiah.

Kurs Rupiah 4 September 2025 Jurus Bank Indonesia (BI)

Di tengah gempuran faktor eksternal yang kuat, Bank Indonesia (BI) tidak tinggal diam. BI secara konsisten menegaskan komitmennya untuk berada di pasar dan menjaga stabilitas Rupiah. Salah satu instrumen andalannya adalah strategi “triple intervention”.

Secara sederhana, ini adalah jurus intervensi di tiga pasar sekaligus:

  • Pasar Spot: Menjual Dolar secara langsung saat Rupiah terlalu lemah.
  • Pasar DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward): Mendinginkan ekspektasi pelemahan Rupiah di masa depan.
  • Pasar Obligasi: Menjaga agar imbal hasil obligasi pemerintah tetap menarik untuk menahan modal asing agar tidak keluar.

Langkah ini krusial untuk mencegah paniK di pasar dan memastikan pelemahan Rupiah terjadi secara lebih terukur.

Penutup

Pelemahan Rupiah hari ini adalah cerminan dari kekuatan Dolar AS yang didorong oleh kecemasan pasar global menjelang rilis data penting. Di saat yang sama, permintaan Dolar di dalam negeri yang solid memberikan tekanan tambahan.

Ke depan, arah Rupiah akan sangat ditentukan oleh data NFP AS. Level psikologis Rp 16.500 kini menjadi level resistance (batas atas) yang krusial, sementara level support (batas bawah) berada di kisaran Rp 16.420. Investor dan pelaku bisnis perlu terus waspada terhadap volatilitas jangka pendek sambil mencermati langkah-langkah stabilisasi yang ditempuh oleh Bank Indonesia.

Related Post

Tinggalkan komentar